Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Persaingan Sengit Pilpres 2024 di Jatim, Siapa yang Berpotensi Unggul?

KOMPAS.com - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa resmi mendukung pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024.

Bergabungnya Khofifah ke TKN Prabowo-Gibran semakin memanaskan persaingan Pilpres 2024 di Jawa Timur.

Pasalnya, pada pemilu sebelumnya, Jawa Timur dikuasai oleh PDI-P dan PKB yang masing-masing meraup suara 4 juta.

Sementara Partai Gerindra dan Golkar masing-masing hanya meraup 2 juta suara.

Dukungan Khofifah kepada Prabowo-Gibran pun diyakini akan memengaruhi suara Anies Baswedan-Muhaimin dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Apalagi, Khofifah merupakan Ketua Umum PP Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki basis suara besar di Jatim.

Sebagai informasi, Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah daftar pemilih tetap (DPT) terbanyak kedua di Indonesia, dengan 31,4 juta suara.

Dengan persaingan yang semakin ketat, siapa yang mampu memikat hati para pemilih di Jatim?

Mesin politik di Jawa Timur

Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam mengatakan, basis elektabilitas Prabowo-Gibran di Jatim saat ini masih cukup kompetitif.

Sebab, mereka ditopang oleh mesin politik yang kuat, seperti Partai Gerindra, Demokrat, dan Golkar.

"Mesin politik Gerindra Jatim sendiri lebih banyak dijalankan oleh jaringan mantan politisi PKB yang dulu memisahkan diri ketikda terjadi konflik internal," kata Umam kepada Kompas.com, Kamis (11/1/2024).

Hal ini menjadi alasan banyaknya pesantren di wilayah Tapal Kuda, Mataraman, dan Arek yang saat ini mendukung Prabowo-Gibran.

Sementara itu, dua mesin politik yang selama ini mendominasi Jatim, PDI-P dan PKB terpecah ke dalam dua gerbong koalisi yang berbeda.

Karenanya, dukungan Khofifah ke Prabowo-Gibran akan mengonsolidasikan simpul-simpul kekuatan politik Nahdhiyyin untuk mempertebal kekuatan elektoral di Jatim.

"Khofifah akan membukakan pintu lebar-lebar bagi timses Prabowo-Gibran untuk penetrasi lebih efektif ke basis-basis pesantren," jelas dia.

Meski loyalitas politik terhadap para kiai tidak sekuat dulu, ia menilai bahwa kampanye di jaringan pesantren tetap dibutuhkan untuk megoptimal penguasaan massa riil berbasis santri.

Ia menuturkan, dukungan Khofifah juga berpotensi merepotkan mesin politik PKB di kubu Anies-Muhaimin.

Pasalnya, mereka saat ini menggantungkan mesin politiknya pada jaringan pesantren dan masyarakat Nahdliyyin.

"Tekanan terhadap mesin politik PKB di basis NU juga semakin kuat, ketika elite pengurus PBNU sendiri dirasa tidak sejalan dengan kepentingan politik pencawapresan Cak Imin," ujarnya.

Jaringan politik nasionalis-santri jadi kunci

Kendati demikian, Umam menilai bahwa konstalasi politik di Jatim masih dinamis.

Ia pun berharap masing-masing kubu dapat memanfaatkan momentum 1,5 bulan ke depan untuk mengonsolidasikan kekuatan politiknya.

Menurutnya, capres-cawapres yang berpotensi unggul dalam Pilpres 2024 di Jatim adalah mereka yang mampu mengonsolidasikan kekuatan politik nasionalis-santri.

"Mengingat Jatim adalah battle field terbuka dalam Pilpres 2024, maka jika ada paslon bisa menggabungkan mayoritas jaringan politik nasionalis dan politik Santri di Jatim, besar kemungkinan paslon itu akan memenangkan kontestasi Pilpres di tingkat nasional," tuturnya.

Bergantung pergerakan Khofifah

Sementara itu, pengamat politik Universitas Gajah Mada (UGM), Mada Sukmajati mengatakan, potensi migrasi suara ke Prabowo-Gibran mungkin bisa terjadi jika Khofifah aktif berkampanye.

Namun, jika dukungan Khofifah hanya bersifat simbolik saja, suara yang dihasilkan pun tidak akan maksimal.

Mada berpendapat, pergerakan Khofifah nantinya akan dipengaruhi oleh tindakannya dalam menggerakkan massa nonpemerintahan yang selama ini menjadi basis suaranya.

“Nanti akan dipengaruhi seberapa besar Khofifah menggerakkan massanya secara rutin di Muslimat, turun ke bawah, blusukan, dan sebagainya. Kita bisa melihat semuanya nanti,” kata Mada saat dihubungi secara terpisah, Kamis.

“Di sisi lain, tantangannya justru ada di suara pengikut Nahdatul Ulama (NU), bukan di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB),” sambungnya.

Karena itu, ia menganggap bahwa Pemilu 2024 menjadi pilihan yang tidak mudah bagi pengurus atau warga NU, karena akan diuji sikapnya, terutama dalam Pilpres.

https://www.kompas.com/tren/read/2024/01/12/091500665/persaingan-sengit-pilpres-2024-di-jatim-siapa-yang-berpotensi-unggul

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke