Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi Terkini Gunung Merapi Usai Muntahkan Awan Panas Guguran Dua Kali

Kompas.com - 02/12/2023, 11:00 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gunung Merapi yang berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali memuntahkan awan panas guguran (APG) sebanyak dua kali pada Jumat (1/12/2023) malam.

APG tersebut meluncur sejauh 2.000 meter ke arah barat daya (Kali Bebeng) pada pukul 19.27 WIB dan 1.200 meter ke arah selatan (Kali Boyong) pada 19.47 WIB.

Dari pantauan Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), luncuran APB pertama terjadi selama 228 detik dengan amplitudo maksimal 40 milimeter dan luncuran kedua berdurasi 132 detik dengan amplitudo maksimal sebesar 42 milimeter.

Baca juga: Erupsi Gunung Merapi 13 Tahun Silam dan Akhir Hidup Sang Juru Kunci

Kondisi terkini gunung Merapi

Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso mengungkapkan, muntahan APG gunung Merapi sudah tidak terjadi lagi pada Sabtu (2/12/2023) pagi.

“Kalau APG hanya kemarin saja," kata Agus saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu.

Kendati demikian, ia menyebut guguran batu atau rock falls di gunung Merapi masih tinggi seperti biasanya.

Lebih lanjut, Agus mengimbau agar warga sekitar tidak panik dan tetap mengikuti perkembangan terkini aktivitas Merapi dari sumber resmi.

BPPTKG meminta masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi gunung Merapi dan mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar gunung Merapi.

Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, status aktivitas gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.

Baca juga: Erupsi Gunung Merapi 13 Tahun Silam dan Akhir Hidup Sang Juru Kunci

Abu vulkanik sampai Magelang

Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edi Wasono mengatakan, hujan abu vulkanik akibat muntahan APB pada Jumat malam sempat mengguyur wilayahnya.

Wilayah yang terdampak adalah dua desa di Kecamatan Sawangan, tetapi intensitasnya ringan dan tidak mengganggu aktivitas warga.

“Abu vulkanik dari dampak APG gunung Merapi juga sampai di Desa Banyoroto dan Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan. Tapi hanya tipis-tipis,” jelas Edi, dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Sabtu.

Pihak BPBD Kabupaten Magelang pun telah membagikan masker kepada warga setempat dan bersiaga.

“Kami membagikan masker ke desa terdampak. Tim kami juga standby siaga di sana,” ujar Edi.

Baca juga: Ramai soal Fenomena Awan Bertopi di Puncak Merapi, Ini Penjelasan BPPTKG dan BMKG

Aktivitas vulkanik sejak 2018

Sebagai informasi, peristiwa muntahan APG gunung Merapi merupakan bagian dari rentetan aktivitas vulkanik yang terjadi sejak 11 Mei 2018.

Sejak saat itu, aktivitas vulkanik gunung Merapi terus meningkat. Statusnya pun ditetapkan menjadi "Siaga" pada November 2020.

Sebagai upaya antisipasi, BPBD Kabupaten Boyolali telah menginstruksikan Tim Siaga Desa (TSD) aktif kembali.

TSD sendiri merupakan sekelompok relawan desa yang dibentuk dan dibina langsung oleh BPBD Kabupaten Boyolali.

“Kami meminta TSD diaktifkan. Ronda dan bersiaga penuh,” tutur Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Boyolali Suratno.

Baca juga: Ramai soal Muncul Awan Lentikular Saat Merapi Erupsi, Apa Itu?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com