KOMPAS.com – Unggahan yang menyebut terdapat awan lentikular saat Gunung Merapi erupsi, viral di media sosial.
Unggahan itu diposting oleh akun ini pada Sabtu (1/4/2023).
Penggunggah menyertakan foto yang memperlihatkan awan menutupi puncak Gunung Merapi ketika terjadi erupsi.
“Fenomena awan lenticular di puncak Merapi dengan membaranya guguran lava pijar 31 Maret 2023, tetap rela nungguin semalaman di sini untuk mengabadikan momen tersebut,” tulis pengunggah.
Hingga Minggu (2/4/2023), unggahan tersebut sudah dilihat sebanyak 34.700 kali dan mendapat 1.091 likes.
Fenomena awan lenticular di puncak Merapi dengan membaranya guguran lava pijar 31 Maret 2023, tetap rela nungguin semalaman di sini untuk mengabadikan momen tersebut
Lokasi : Sleman - DIY
— Merapi Uncover (@merapi_uncover) April 1, 2023
????: Haryoto green lovers pic.twitter.com/Y3cG1DM7RN
Baca juga: Viral, Video Benda Disebut Meteor Meluncur ke Bungker Kaliadem, Ini Penjelasan BRIN
Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang menjelaskan, awan lentikular terbentuk karena suhu di puncak gunung lebih dingin dibanding dengan suhu di sekitarnya.
“Itu terjadi ketika suhu di puncak gunung itu lebih dingin dibandingkan dengan suhu di atmosfer sekitarnya, sehingga menimbulkan kondensasi dan terbentuklah awan tersebut,” ujarnya kepada Kompas.com, Minggu (2/4/2023).
Andi mengatakan, awan lenticular juga disebut dengan 'caping gunung' dikarenakan berbentuk kerucut seperti caping atau topi yang menutupi puncak gunung.
Baca juga: Viral, Foto Penampakan Awan Unik di Gunung Merapi setelah Erupsi, Apa Dampaknya?
Ia juga mengungkapkan bahwa munculnya awan lentikular tersebut tidak ada kaitannya dengan erupsi Gunung Merapi.
“Meskipun Merapi tetap erupsi, akan tetapi jika suhu di puncak gunung itu lebih dingin dibandingkan dengan suhu di sekitar atmofer, maka akan tetap terjadi pengembunan atau kondensasi,” tuturnya.
Namun, Andi menjelaskan, terbentuknya awan ini akan menjadi lebih lama dan terlihat lebih tipis dibanding awan lentikular biasanya karena suhu yang menghangat dari erupsi.
“Ditambah belakangan ini suhu cenderung lebih hangat karena kita sebenarnya sudah mulai memasuki awal musim kemarau,” jelasnya
Menurutnya, dampak dari erupsi yang dibarengi munculnya awan lentikular akan berkurang karena lokasi semburan erupsi tertutupi oleh awan tersebut.
“Sehingga lontaran-lontaran yang akan keluar dari gunung Merapi ini tidak terlalu membahayakan bagi masyarakat di sekitar gunung Merapi. Tetapi, memang tetap perlu waspada,” tandasnya.
Baca juga: Viral, Unggahan Pelangi Melingkari Awan, Ini Penjelasan BRIN
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.