Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan KAI soal Longsoran yang Menimpa Jalur Kereta Api di Banyumas

Kompas.com - 02/12/2023, 10:15 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Unggahan video longsoran menimpa jalur kereta api (KA) petak Karangsari-Karanggandul, Banyumas, Jawa Tengah, viral di media sosial.

Video tersebut diunggah oleh akun X (dulu Twitter) @jal*** pada Jumat (2/12/2023) pukul 17.25 WIB.

Dalam video itu, tampak longsoran memenuhi samping jalur kereta, dengan sejumlah petugas berada di sekitarnya.

Pengunggah mengatakan, hanya ada satu dari dua jalur KA yang bisa beroperasi imbas longsor tersebut.

Hari Jumat (1/12) terjadi longsoran di petak Stasiun Karangsari (Cilongok) - Karanggandul (Karanglewas), Banyumas. Dilaporkan kereta api masih bisa melintas namun menggunakan sepur kiri. Longsoran ini masih dalam penanganan,” bunyi keterangan dalam unggahan.

Hingga Sabtu (2/12/2023) pagi, unggahan tersebut sudah dilihat lebih dari 5.932 kali.

Baca juga: Ramai soal AC Kereta Tak Dingin, Penumpang Dapat Kompensasi, Berapa Jumlahnya?


Penjelasan KAI

Manajer Humas KAI Daop 5 Purwokerto Feni Novida Saragih membenarkan terkait longsoran yang terjadi di jalur KA daerah Banyumas tersebut.

Menurutnya, longsoran itu akibat dari curah hujan tinggi di sekitar lokasi.

“PT KAI Daop 5 Purwokerto menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan pelanggan karena adanya jalur rel yang terdampak longsor akibat curah hujan tinggi yang terjadi di sekitar area jalur KA KM 340+0/1 antara Stasiun Karanggandul-Karangsari pada Jumat (1/12) pukul 14.56 WIB,” kata Feni melalui keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Sabtu (2/12/2023).

Pihaknya kemudian segera menangani longsor tersebut agar tidak menyebabkan gangguan operasional perjalanan KA.

Selain itu, sejumlah perjalanan kereta api juga dialihkan melalui jalur hulu selama proses normalisasi.

Baca juga: Ramai soal Tiket Kereta Dibatalkan oleh Orang Lain via Ticket Box, Ini Kata KAI

Kereta yang alami keterlambatan

Meski demikian, Feni menuturkan bahwa terdapat sejumlah kereta yang mengalami keterlambatan akibat longsor tersebut.

Kereta-kereta yang mengalami keterlambatan adalah:

  • KA Progo (247) relasi Lempuyangan-Pasarsenen terlambat 12 menit
  • KA Argo Semeru (17) relasi Surabaya Gubeng-Gambir terlambat 25 menit
  • KA Kamandaka (156) relasi Semarang Tawang-Purwokerto terlambat 9 menit
  • KA Gayabaru Malam (106) relasi Pasarsenen-SurabayaGubeng terlambat 18 menit
  • KA Kamandaka (175) relasi Cilacap-Semarang Tawang terlambat 17 menit
  • KA Purwojaya (71) relasi Cilacap-Gambir terlambat 38 menit

Baca juga: Cara Daftar Face Recognition Boarding Kereta Api lewat Aplikasi Access by KAI

Sudah bisa dilalui kembali

Ia menerangkan, jalur yang terdampak dari longsoran tersebut berhasil diatasi oleh KAI, sehingga bisa digunakan kembali oleh perjalanan KA.

“Setelah melakukan sejumlah upaya percepatan penanganan jalur KA yang terdampak oleh tim gabungan KAI Daop 5 Purwokerto, jalur hilir yang terdampak dapat dilalui perjalanan kereta dengan kecepatan normal pada pukul 17.25 WIB,” jelasnya.

Usai kejadian itu, Feni mengungkapkan, pihaknya akan melakukan antisipasi potensi gangguan perjalanan KA agar tidak terulang kembali.

“KAI Daop 5 Purwokerto juga melakukan antisipasi atas potensi yang dapat mengganggu kelancaran perjalanan kereta api dengan menyiagakan petugas dan alat material untuk siaga (AMUS),” ungkap dia.

Baca juga: Bisakah Penumpang Kereta Ekonomi Pilih Kursi yang Tidak Hadap Mundur?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com