Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena "Full-Time Children" di China, Anak Muda Pilih Tidak Kerja tapi Digaji Orangtua

Kompas.com - 29/11/2023, 19:00 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

Fenomena ini menyebar ke media sosial lainnya, Xiaohongshu. Hingga Juli 2023, terdapat lebih dari 40.000 unggahan dengan tagar “putra dan putri penuh waktu” di aplikasi tersebut.

Dilansir dari Times of India (27/7/2023), fenomena "full-time children" menunjukkan kondisi ketika anak-anak di China dipekerjakan sebagai anak penuh waktu untuk orangtuanya.

Orangtua yang mempekerjakan anak-anak mereka secara penuh waktu akan memberikan pembayaran tertentu sesuai pekerjaan rumah yang anaknya lakukan.

Mereka akan menghabiskan waktu bersama orangtua, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan pergi berbelanja.

Baca juga: Alasan Semakin Banyak Anak Muda di China Enggan Menikah

Meskipun besaran gaji pekerjaan ini tidak diketahui pasti, anak-anak penuh waktu dibayar sekitar 8.000 Yuan atau setara Rp 17.250.680 per bulan yang merupakan gaji rata-rata di China.

Fenomena ini berlawanan dengan kondisi “ken lao zu” atau “generasi yang memakan yang lama" yang dilakukan orang China pada 1980-an.

Pada era tersebut, orang berusia 30-an bekerja demi kariernya, tapi tidak melakukan hal apa-apa di rumah. Padahal, mereka mengandalkan bantuan keluarga dalam kehidupan sehari-hari.

Sebaliknya, anak-anak muda saat ini menghabiskan waktu bersama orangtua dan melakukan pekerjaan rumah tangga sebagai imbalan atas dukungan finansial di hidup mereka.

Baca juga: Gaji Pekerja Indonesia Minimal Rp 10 Juta Per Bulan untuk Jadi Negara Maju, Pakar: Diperkirakan Tercapai pada 2092

Alasan anak muda China tidak mau kerja

Sebagian besar anak muda China mengaku mereka memilih tinggal di rumah karena tidak bisa mendapatkan pekerjaan.

Lowongan pekerjaan di China tidak bertambah karena konsumsi domestik lemah, kemunduran industri swasta, dan pasar properti yang lesu.

Diskriminasi usia, tidak ada kesempatan kerja bagi usia pertengahan 30-an, dan sedang berpikir untuk menikah menyebabkan anak muda di negara tersebut semakin sulit bekerja.

Sementara itu, anak-anak muda yang sempat bekerja memilih mengundurkan diri karena tuntutan pekerjaan yang tidak normal. 

Orang-orang China bekerja dari jam sembilan pagi sampai sembilan malam selama enam hari seminggu.

Gaji rendah, pekerjaan melelahkan, dan kesehatan memburuk membuat mereka memilih keluar dari perusahaan.

Baca juga: Prediksi Tingkat Pengangguran di Dunia 2023, Indonesia Nomor Berapa?

Memengaruhi tingkat pengangguran

Akibat fenomena ini, tingkat pengangguran di China berpotensi bertambah.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com