Korban meninggal terjadi karena adanya infeksi sekunder dan imunitas rendah pada kelompok berisiko, seperti Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL), ibu hamil, ibu menyusui, anak, dan lansia.
Baca juga: Sederet Mitos dan Fakta Seputar Cacar Monyet yang Wajib Diketahui
Nadia mengatakan, belum ada obat spesifik untuk mengatasi cacar monyet hingga saat ini.
"Tidak ada obat spesifik. Ada antivirus, tapi karena sifat penyakit ini self-limited disease jadi hanya terapi suportif aja untuk mengurangi gejala," ungkapnya.
Menurut dia, pasien cacar monyet bisa sembuh atau pulih sendiri karena tubuhnya akan melawan penyakit tersebut dengan imunitas.
Pasien cacar monyet akan dinyatakan sembuh saat gejala lesi ruam merah di kulitnya sudah menghilang dan tidak basah lagi.
Pasien juga akan tetap mendapatkan obat untuk mengatasi gejalanya, seperti obat demam, obat salep kulit, dan obat batuk.
"Pasien bisa sembuh, dalam 2-4 minggu ruam merah dan krusta (koreng di kulit) bisa mengering dan sembuh," ujar Nadia.
Baca juga: Kasus Cacar Monyet Bertambah Jadi 9, Adakah Potensi Menyebar ke Luar Jakarta?
Menurutnya, pasien yang sudah sembuh bisa kembali menderita cacar monyet kalau terinfeksi virusnya lagi. Namun, gejala yang dialami biasanya lebih ringan.
Pasien yang sembuh dari penyakit ini juga tidak perlu mendapatkan vaksin cacar monyet.
"Kriteria vaksin, yaitu mereka yang memiliki kontak dua minggu sebelumnya dengan penderita monkeypox dan orang dengan HIV (odhiv)," jelas Nadia.
"Biasanya, kontaknya (pasien yang sembuh dari cacar monyet) sudah lebih dari dua minggu sehingga belum perlu dilakukan vaksinasi kecuali odhiv," imbuhnya.
Baca juga: Kemenkes Gelar Vaksinasi Cacar Monyet 24 Oktober, Siapa Penerimanya?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.