Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Jonny Kim, Pria 39 Tahun yang Jadi Tentara, Dokter, dan Astronot

Kompas.com - 16/10/2023, 16:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Masuk sekolah kedokteran

Jonny lalu menempuh studi di bidang matematika di Universitas San Diego pada 2009. Setelah lulus tiga tahun kemudian, dia memperoleh pangkat perwira Angkatan Laut. 

Jonny lantas memulai studi kedokteran di Harvard Medical School. Di sana, dia bertemu seorang astronot sekaligus dokter bernama Scott Parazynski. Laki-laki itu mengajak Jonny bergabung ke program kandidat astronot NASA.

Jonny lulus dari Harvard pada 2016 dengan gelar MD. Dia seharusnya menjalani program residensi di bidang pengobatan darurat di Rumah Sakit Umum Massachusetts selama empat tahun.

Namun, baru setahun menjadi dokter residen, Jonny lolos sebagai satu dari 12 kandidat astronot NASA menyisihkan 18.000 pelamar.

Jonny lalu menunda dinas di Korps Medis Angkatan Laut, dan mulai pelatihan astronot di Pangkalan Udara Angkatan Laut Pensacola, Florida pada Agustus 2017.

Baca juga: NASA Akan Bawa Nama Anda Kelilingi Bulan dalam Program Artemis I, Tertarik Mendaftar?

Kandidat astronot NASA ke Bulan

Dilansir dari situs NASA, Jonny menyelesaikan pelatihan sebagai kandidat astronot pada 2020. Dia latihan bertahan hidup di air dan hutan, teknis sistem Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), robotika, geologi, dan bahasa.

Jonny mulai terlibat aktif mendukung program NASA. Dia bahkan memimpin salah satu kru perbaikan stasiun luar angkasa.

Dia juga menjadi satu dari 41 anggota tim Artemis. Tim ini memiliki misi untuk menempatkan wanita pertama dan orang kulit berwarna pertama di permukaan Bulan pada 2024.

Diberitakan Next Shark (16/5/2023), Jonny adalah satu dari tiga orang Amerika keturunan Asia dalam program ini. Astronot lainnya Dr. Kjell N. Lindgren, Raja Chari, dan Jasmin Moghbeli.

Program ini akan menerbangkan delapan orang dalam penerbangan Artemis II dan III. Jonny tidak masuk dalam Artemis II tapi memenuhi syarat untuk menjadi astronot di Artemis III.

Untuk menunjang kemampuannya, Jonny mengikuti pelatihan terbang di Pangkalan Udara Angkatan Laut. Dia memperoleh gelar ganda sebagai penerbang dan ahli bedah penerbangan.

Baca juga: Kisah Ayu Yoneda, Dokter Bedah yang Bakal Jadi Astronot Perempuan Termuda di Jepang, Tidak Takut Diskriminasi

Motivasi memengaruhi hidup Jonny

Bekerja sebagai tentara, dokter, astronot, dan ahli penerbangan, Jonny mengungkapkan dia termotivasi kekerasan yang dilakukan ayahnya saat dia masih sekolah.

Dikutip dari Coffee or Die Magazine (10/8/2023), ayahnya menyerang Jonny dengan semprotan merica dan memukuli dia dan ibunya. Dia memohon sang ayah agar tidak membunuh mereka dengan pistol.

Namun, sang ayah lalu melarikan diri sambil membawa pistolnya dan tertembak polisi yang datang untuk menolong mereka.

“Itu menjadi tolok ukur bagi saya untuk melakukan lebih banyak hal dalam hidup saya yang saya pikir tidak mungkin dilakukan,” kata Jonny.

“Melawan seseorang yang mengancam akan membunuh Anda, dan orang yang paling Anda cintai, telah membebaskan saya. Itu mengajari saya bahwa saya bukanlah anak kecil penakut seperti yang saya kira. Saya bisa melakukan hal-hal ini. Saya bisa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri saya sendiri," ungkapnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com