Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Mana Sukarno dan Soeharto Saat Peristiwa G30S/PKI?

Kompas.com - 30/09/2023, 08:30 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

Saat itu, Soeharto sedang menjaga anak bungsunya, Hutomo Mandala Putra alias Tommy yang dirawat karena luka bakar akibat ketumpahan sop panas.

Ia mengatakan, Latief ingin membunuhnya saat itu juga. Namun, karena berada di tempat umum, niat itu diurungkan.

Namun Soeharto menyatakan hal berbeda dalam otobiograinya yang berjudul Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya.

Dalam buku itu, Soeharto mengaku hanya melihat Latief dari kejauhan dan tak sempat berinteraksi.

Buntut dari peristiwa G30S yaitu pada 11 Maret 1966. Soeharto meminta Sukarno memberi kuasa untuk mengatasi keadaan sehingga keluarlah Supersemar.

Baca juga: Seputar G30S/ PKI (4): Misteri Dewan Jenderal dan Ujung Perjalanan DN Aidit di Sumur Tua

Kesaksian Latief

Soeharto disebut-sebut mengetahui rencana penculikan sejumlah jenderal yang diyakini sebagai Dewan Jenderal dan akan melakukan kudeta pada Presiden Sukarno.

Hal itu berdasarkan kesaksian Kolonel Abdul Latief dalam persidangan.

Saat itu, Latief bersaksi bahwa ia memberi tahu Soeharto yang sedang menunggu Tommy di RSPAD sehari sebelum kejadian.

Sehingga menurutnya, ia mendapat bantuan moral dari Soeharto dari laporannya itu.

Baca juga: Sejarah Film Pengkhianatan G30S/PKI dan Alasannya Dihentikan Tayang di TV

Tak hanya sekali, Latief bahkan sebelumnya pernah membahas soal isu adanya Dewan Jenderal di rumah Soeharto, Jalan Haji Agus Salim.

Pada pertemuan di rumah Soeharto itu, Latief melaporkan adanya isu Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta.

Menurut Latief, Soeharto telah mengetahui hal itu dari mantan anak buahnya dari Yogyakarta yang bernama Subagiyo.

Soeharto kemudian menanggapinya bahwa ia sedang menyelidiki isu tersebut.

Lebih lanjut, Latief membeberkan alasannya tidak memasukkan nama Soeharto dalam target penculikan karena merupakan loyalis Sukarno.

Latief bahkan melapor ke Soeharto terkait hal itu.

(Sumber: Kompas.com/Verelladevanka Adryamarthanino, Nur Fitriatus Shalihah | Editor:  Tri Indriawati, Rizal Setyo Nugroho)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com