KOMPAS.com - Mi instan banyak diminati oleh masyarakat dari semua rentang usia untuk mengisi perut saat lapar.
Beberapa alasannya antara lain karena mi instan praktis untuk dibuat dan harganya yang relatif murah.
Beberapa orang bahkan mengonsumsi mi instan secara berlebihan.
Padahal, mengonsumsi mi instan apalagi secara berlebihan bisa berdampak buruk bagi kesehatan.
Berikut beberapa alasan sebaiknya tak mengonsumi mi instan berlebihan karena sejumlah dampak buruknya bagi kesehatan:
Dilansir dari Kompas.com (23/11/2020), berikut setidaknya empat alasan mengapa tidak boleh mengonsumsi mi instan berlebihan:
Mi instan mengandung lemak jahat seperti asam lemak jenuh dan lemak trans.
Jika dikonsumsi secara berlebihan, lemak jahat itu dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah.
Padahal, kolesterol yang tinggi bisa meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes
Untuk mencerna mi instan, tubuh melalui sistem pencernaan memerlukan waktu yang lama sehingga bisa membebani proses pencernaan.
Pasalnya, mi instan tidak mudah terpecah atau masih utuh saat dicerna sehingga dibutuhkan kerja yang ekstra oleh sistem pencernaan.
Selain itu, kandungan pengawet di dalamnya juga bisa memicu asma, kecemasan, dan diare.
Baca juga: 3 Ciri-ciri Mi yang Sebaiknya Dihindari untuk Dibeli
Kandungan garam dalam mi instan diketahui sangat tinggi yang bisa berdampak buruk bagi tubuh.
Hal tersebut lantaran konsumsi garam atau natrium berlebihan bisa sebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi) dan penyakit jantung.
Padahal, dua penyakit bisa menyebabkan kematian meski awalnya tidak muncul gejala.
Mayoritas mi instan terbuat dari tepung terigu yang sudah digiling, disuling, dan mengalami proses pemutihan.
Tentunya, bahan yang telah mengalami pemrosesan tinggi itu mengandung nutrisi yang rendah.
Tepung terigu yang telah mengalami pemrosesan tinggi juga mengandung kalori kosong. Jika dikonsumsi berlebihan, bisa memicu obesitas.
Baca juga: Benarkah Tidak Boleh Makan Mi yang Disimpan di Kulkas? Ini Kata Ahli Gizi
Dikutip dari Kompas.com (8/5/2023), ahli gizi Universitas Muhammadiyah Surabaya Tri Kurniawati mengatakan, makan mi instan lebih baik tidak lebih dari dua porsi dalam satu minggu dan tidak menjadi kebiasaan rutin.
Menurutnya, pola konsumsi mi instan bisa menyebabkan obesitas abdominal dan hiperkoles-terolemia.
“Konsumsi mi instan lebih dari dua bungkus dalam seminggu berhubungan dengan peningkatan sindrom metabolik yang tinggi pada wanita,” ujar Tri.
Dia mengatakan, bila ingin mengonsumsi mi instan, sebaiknya diberikan tambahan sayur dan protein, seperti telur, ayam, atau daging.
“Waspadai pemakaian mi instan yang dijadikan sebagai lauk atau dimakan hanya dengan nasi. Hal tersebut tidak dianjurkan karena hanya mengandung karbohidrat saja,” tandasnya.
Baca juga: Sering Ada di Mi Ayam dan Bakso, Ketahui 3 Efek Samping Caisim bagi Tubuh
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.