Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selamat Ulang Tahun Wiji Thukul, Aktivis yang Hilang Tahun '98 dan Belum Ditemukan

Kompas.com - 26/08/2023, 14:00 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Wiji Thukul jadi wartawan

Thukul pernah menjadi wartawan pada 1988. Namun, pekerjaan ini hanya digeluti selama tiga bulan.

Sajak-sajaknya pernah diterbitkan di berbagai media cetak, baik dalam maupun luar negeri, seperti Pembaharuan, Bernas, Surabaya Post, Merdeka, Inside Indonesia (Australia), dan Tanah Air (Belanda).

Ia juga diberi panggung untuk tampil di Pasar Malam Puisi yang diselenggarakan Erasmus Huis, di Pusat Kebudayaan Belanda, Jakarta.

Wiji Thukul jadi aktivis

Thukul menikah dengan Diah Sujirah atau akrab disapa Mbah Sipon pada Oktober 1988, tahun yang sama ketika ia menjadi wartawan.

Setelah meninggalkan pekerjaan sebagai wartawan, Thukul terlibat dalam serangkaian aksi untuk menuntut keadilan.

Salah satunya terjadi ketika ia bergabung dengan masyarakat di pabrik tekstil PT Sariwarna Asli pada 1992 untuk memprotes pencenamaran lingkungan yang disebabkan oleh industri.

Dilansir dari Kompas.com, Jumat (6/1/2023), ia juga masuk barisan demonstran Kedungombo, Sritex dan aksi demonstrasi besar di Solo.

Thukul juga mendirikan Sanggar Suka Banjir yang dijadikan ruang kreativitas bagi anak di pinggir kali yag sering mengalami banjir.

Sangar tersebut menjadi alat una melawan penindasan pemerintah dan ketikdadilan.

Wiji Thukul jadi buron

Dilansir dari Kompas.com, Rabu (26/8/2023), perjuangan Thukul memperjuangkan keadilan harus dibayar mahal dengan keberadaannya yang diincar oleh pemerintah.

Menurut Budiman Sudjatmiko yang semasa Orde Baru menjadi Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik, Thukul menjadi salah satu target utama ketika rezim melakukan pembersihan besar-besaran terhadap aktivis gerakan demokrasi.

Hal tersebut dilakukan pascatragedi berdarah pada 27 Juli 1996.

Akibatnya, Thukul harus berpindah-pindah kota untuk menghindari kejaran aparat. Ia pernah bersembunyi di Salatiga, Jakarta, Tangerang, termasuk di kota kelahiranya sendiri, Solo.

Budiman menduga, Thukul menjadi salah satu korban penyapouan aktivis di Kota Bengawan.

Selain Thukul, ada pula sosok aktivis lain yang belum ditemukan hingga kini, yaitu Suyat.

Wiji Thukul menghilang

Warga melintasi mural potret penyair dan aktivis HAM Wiji Thukul di Jalan Kapuk Kayu Besar, Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (7/8/2021). Mural tersebut dibuat untuk mengapresiasi semangat perlawanan dan perjuangan Wiji Thukul terhadap penindasan rezim Orde Baru. Mural tersebut juga menjadi pengingat bagi generasi muda atas banyaknya kasus pelanggaran HAM dimasa lalu yang hingga kini belum terselesaikan.KOMPAS/WAWAN H PRABOWO Warga melintasi mural potret penyair dan aktivis HAM Wiji Thukul di Jalan Kapuk Kayu Besar, Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (7/8/2021). Mural tersebut dibuat untuk mengapresiasi semangat perlawanan dan perjuangan Wiji Thukul terhadap penindasan rezim Orde Baru. Mural tersebut juga menjadi pengingat bagi generasi muda atas banyaknya kasus pelanggaran HAM dimasa lalu yang hingga kini belum terselesaikan.

Wiji Thukul dilaporkan hilang lantaran keberadannya tidak diketahui pada 1998-2000.

Ia dikabarkan hilang usai Sipon melapor kepada Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) pada 1 April 2000 bila suaminya tidak diketahui keberadaannya.

Sipon bersama adik Thukul bernama Wahyu mengaku, terakhir kali bertemu dengan Thukul pada 19 Februari 1998. Komunikasi mereka dilakukan melalui telepon.

Munarman yang pada saat itu merupakan Koordinator KontraS mengatakan, Thukul masih diketahui keberadannya pada Maret-April 1998.

Thukul disebut bertemu dengan beberapa teman, namun kabar ini adalah informasi terakhir yang bisa diperoleh tentang si penyair.

"Hilangnya Wiji Thukul sekitar Maret 1998 kami duga berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan oleh yang bersangkutan," kaya Munarman.

"Saat itu bertepatan dengan peningkatan operasi represif rezim Orde Baru dalam upaya pembersihan aktivitas politik yang berlawanan dengan Orde Baru," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com