Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Tersimpan Setahun, Apakah Beras Masih Layak Dikonsumsi?

Kompas.com - 21/08/2023, 17:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang warganet mempertanyakan kualitas beras yang sudah tersimpan lama selama setahun.

Pertanyaan tersebut diunggah lewat akun Twitter ini, Minggu (20/8/2023).

Pengunggah menceritakan bahwa ia menyimpan berasnya sejak Desember 2022. Ketika kini akan mengolahnya, ia meragukan kelayakan beras tersebut.

"Itu ga ada kutunya terus aku kasi daun jeruk, masi bisa dikonsumsi ga sii?" tanyanya.

Melihat unggahan tersebut, banyak warganet yang memberikan komentar.

"Selama masih bagus, gak bapuk, gak berubah tekstur dan bau, berarti masih bagus. Beras itu tahan lama selama penyimpanannya bener," kata akun @lintrover.

"Setau gua beras murni gak ada kadaluarsa, jadi kalo masih bagus kayaknya masih bisa dimakan," ujar pemilik akun @bedesauhatisaya.

"Bukannya beras awet bertahun2 ya? (Max 2 tahunan), yang penting engga kutuan dll, diliat2 itu juga masih bagus berasnya," kata warganet @2031halla.

Lantas, berapa lama usia penyimpanan beras?

Baca juga: Cara Ampuh dan Mudah Mengusir Kutu Beras dengan Bahan Alami


Penjelasan pakar

Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada (UGM), Sri Anggrahini membenarkan kalau beras memang dapat tahan lama. Namun, ketahanan beras tetap tergantung cara penyimpanannya.

"(Waktu keawetan beras) tidak bisa dihitung, tergantung kondisi penyimpanannya," ujarnya kepada Kompas.com, Senin (21/8/2023).

Sri menjelaskan, beras memiliki kadar air yang tinggi sehingga mudah rusak. Beras juga merupakan tempat pertumbuhan mikroba serta menjadi sumber makanan bagi serangga kecil.

Selain itu, senyawa kimia penyusun beras juga mudah mengalami perubahan jika dibiarkan  terlalu lama.

"Sehingga mutunya menjadi menurun, sampai kadang tidak layak dimakan karena ada kutu atau tekstur beras sudah rusak," tambahnya.

Baca juga: Sudah Panen Raya dan Impor, Mengapa Harga Beras Tetap Melambung?

Kelayakan beras dan penyimpanannya

Ilustrasi beras, menyimpan beras, wadah penyimpanan beras. SHUTTERSTOCK/KPG-PAYLESS2 Ilustrasi beras, menyimpan beras, wadah penyimpanan beras.
Menurut Sri, beras yang dijual di pasaran seharusnya mencantumkan masa kedaluwarsa pada kemasan atau di toko penjualnya.

Tanggal ini dapat menjadi acuan kapan batas waktu maksimal beras tersebut layak dikonsumsi.

"Tetapi jarang orang mencantumkan masa kedaluwarsanya karena biasanya orang beli beras segera langsung dimasak untuk dimakan, jarang yang stok kecuali pedagang," lanjut dia.

Karena tidak ada tulisan kedaluwarsanya, ia menyarankan agar konsumen memperhatikan kondisi beras sebelum mengonsumsinya.

Sri menyebutkan, ada beberapa tanda beras sudah tidak layak makan, yaitu:

  • Terdapat kutu beras
  • Perubahan warna di butir beras
  • Perubahan bau di beras
  • Tekstur beras berubah

Menurutnya, kondisi penyimpanan beras akan memengaruhi kecepatan kerusakannya. Sebagai contoh, beras yang disimpan dalam keadaan lembab.

Untuk menyimpan beras agar tahan lama, Sri menekankan konsumen untuk mengemas berasnya dengan baik dan membungkusnya dengan cara divakum.

Metode ini akan menghilangkan udara di penyimpan beras, sehingga bisa tahan lebih lama karena oksigen dan bakteri tidak bisa masuk.

"(Selain itu) kondisi ruang (penyimpanan beras) dijaga suhu dan kelembapannya," tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Tren
Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang 'Jaka Sembung'

Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang "Jaka Sembung"

Tren
Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Tren
Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Tren
Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Tren
Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

Tren
Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Tren
Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Tren
Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Tren
Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Tren
Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com