Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Orang Jepang Jarang Ada yang Gemuk? Ini Alasannya

Kompas.com - 18/08/2023, 17:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Metabo Law atau hukum metabo

Pada Januari 2008 Pemerintah Jepang mengesahkan Hukum Metabo. Aturan ini dinamai sesuai dengan sindrom metabolik, yakni sekelompok kondisi seperti tekanan darah meningkat, kadar gula darah tinggi, kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang dan kadar kolesterol abnormal.

Kondisi tersebut untuk mencegah meningkatnya risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes. 

"Jika Anda memiliki sindrom metabolik atau salah satu komponen dari sindrom metabolik, perubahan gaya hidup yang agresif dapat menunda atau bahkan mencegah berkembangnya masalah kesehatan yang serius," bunyi undang-undang tersebut.

Untuk mencapai tujuannya menyusutkan populasi yang kelebihan berat badan, pemerintah mengenakan sanksi keuangan pada perusahaan dan pemerintah daerah yang gagal memenuhi target tertentu.

Ukuran lingkar pinggang

Aturan tersebut memaksa negara mengharuskan perusahaan dan pemerintah daerah mengukur lingkar pinggang warga antara usia 45 dan 74 tahun sebagai bagian dari pemeriksaan tahunan mereka.

Jumlah tersebut mewakili lebih dari 56 juta warga atau sekitar 44 persen dari seluruh populasi, menurut The New York Times. 

Mereka yang melebihi batas pemerintah yakni 33,5 inci atau 85 cm untuk pria dan 35,4 inci atau 90 cm untuk wanita, dan memiliki penyakit terkait berat badan akan diberikan pedoman diet jika setelah tiga bulan mereka tidak menurunkan berat badan. 

Beberapa perusahaan besar seperti Matsushita, produsen Panasonic dan NEC perusahaan komputer pribadi bisa didenda mencapai 19 juta dollar AS atau hampir Rp 300 miliar jika gagal dalam target pengukuran lingkar pinggang.  

Kewajiban mengukur lingkar pinggang tidak hanya bagi karyawannya tetapi juga keluarga dan pensiunan mereka. 

Lantas, bagaimana jika terlanjur gendut? Bagi karyawan yang bertubuh gemuk harus mengikuti konseling dan program diet yang ditetapkan pemerintah.

Selain itu, mereka juga melakukan program wajib olahraga 30 menit sebelum mulai kerja, wajib naik turun tangga saat kerja di kantor, pola diet makanan sehat di kantin dan larangan cemilan kemasan dan makanan olahan.

Baca juga: Mengapa Mata Karakter Anime Jepang Berukuran Besar?

Terbiasa bergerak

Ilustrasi Shinkansen.UNSPLASH/FIKRI RASYID Ilustrasi Shinkansen.
Kebiasaan bergerak yang dimiliki orang Jepang juga mempengaruhi aktivitas mereka sehingga membakar kalori dalam tubuh.

Dilansir dari Coach Nine (73/2017), banyak orang Jepang memilih mengendarai transportasi umum. Hal yang wajar mengigat negara ini memiliki jaringan transportasi umum yang baik, berupa bus dan kereta.

Orang Jepang juga lebih suka menghabiskan waktu berjalan-jalan di sekitar kota maupu olahraga berjam-jam. Jika tidak, mereka mungkin terlihat mengendarai sepeda walaupun harus berjalan di jalur pegunungan.

Setiap harinya, orang Jepang yang tinggal di perkotaan akan berjalan rata-rata 8.000 langkah sehari. Ini artinya orang dengan berat badan 45 kilogram mampu membakar 220 kalori dalam waktu sehari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Tren
Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Tren
Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Tren
7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

Tren
Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Tren
Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi 'Study Tour', Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi "Study Tour", Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Tren
Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Tren
Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Tren
WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

Tren
Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Tren
21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

Tren
Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Tren
Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Tren
Berkaca pada Kasus Anak Depresi karena HP-nya Dijual, Psikolog: Kenali Bocah yang Berpotensi Depresi

Berkaca pada Kasus Anak Depresi karena HP-nya Dijual, Psikolog: Kenali Bocah yang Berpotensi Depresi

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Gelombang Tinggi 15-16 Mei 2024, Ini Daftar Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Gelombang Tinggi 15-16 Mei 2024, Ini Daftar Wilayahnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com