Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Orang Jepang Jarang Ada yang Gemuk? Ini Alasannya

Penelitian yang dilakukan Benyamin Senauer dan Masahiko Gemma dari Universitas Minnesota menyebutkan hanya ada 3,6 persen orang Jepang yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) yang masuk kategori obesitas.

Menurut data dari Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), pada tahun 2009 hanya sekitar 3,5 persen penduduk Jepang yang tergolong obesitas.

Jumlah itu jauh dibandingkan dengan angka 30 persen atau lebih di negara lain. 

Riset OECD juga menempatkan Jepang harapan hidup tertinggi rata-rata berusia 83,7 tahun. Sedangkan CIA World Factbook 2015 menempatkan Monako dengan penduduk yang hidup hingga 89,52 tahun dan Jepang di posisi kedua dengan 84,74 tahun. 

Lantas, apa yang menyebabkan jarang ada orang Jepang bertubuh gemuk atau obesitas? 

Dilansir dari New Thinking (26/8/2022), anak-anak di Jepang dikenalkan dengan makanan sehat sejak masih di penitipan anak.

Sekolah di Jepang menyediakan menu makan siang yang diatur oleh ahli gizi. Menu ini terdiri dari 40 jenis buah, sayuran, ikan, dan rumput laut. 

Jepang memiliki makanan tradisional atau washoku yang bergizi seimbang. Selain itu ada aturan bernama "ichiju-sansai" atau berarti "satu sup dan tiga hidangan" yang dikonsumsi sehari-hari.

Hidangan ini terdiri dari sup miso (probiotik dan vitamin), acar atau sayuran (vitamin dan serat), ikan atau daging (protein, vitamin, dan mineral), telur atau produk kedelai (vitamin, protein, dan mineral), dan nasi kukus (energi).

Makanan dimasak dengan cara tumis, rebus, kukus sehingga rendah lemak.

Makan sedikit demi sedikit

Dilansir dari Ikidane (29/1/2020), orang Jepang diajari makan sedikit demi sedikit sejak kecil. Mereka terbiasa makan dengan menerapkan “hara hachi bu” yang berarti berhenti makan setelah 80 persen kenyang. 

Selain itu, makanan manis dan bersoda yang dijual di swalayan biasanya memiliki porsi kecil. Makanan manis juga ditempatkan terakhir sehingga tidak selalu dikonsumsi.

Di sisi lain, orang Jepang sangat memikirkan pendapat orang lain sehingga mereka menerapkan budaya makan dengan ketat. Mereka jarang makan sambil berjalan, di kendaraan, dan tidak dalam waktu yang tepat.

Pada Januari 2008 Pemerintah Jepang mengesahkan Hukum Metabo. Aturan ini dinamai sesuai dengan sindrom metabolik, yakni sekelompok kondisi seperti tekanan darah meningkat, kadar gula darah tinggi, kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang dan kadar kolesterol abnormal.

Kondisi tersebut untuk mencegah meningkatnya risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes. 

"Jika Anda memiliki sindrom metabolik atau salah satu komponen dari sindrom metabolik, perubahan gaya hidup yang agresif dapat menunda atau bahkan mencegah berkembangnya masalah kesehatan yang serius," bunyi undang-undang tersebut.

Untuk mencapai tujuannya menyusutkan populasi yang kelebihan berat badan, pemerintah mengenakan sanksi keuangan pada perusahaan dan pemerintah daerah yang gagal memenuhi target tertentu.

Ukuran lingkar pinggang

Aturan tersebut memaksa negara mengharuskan perusahaan dan pemerintah daerah mengukur lingkar pinggang warga antara usia 45 dan 74 tahun sebagai bagian dari pemeriksaan tahunan mereka.

Jumlah tersebut mewakili lebih dari 56 juta warga atau sekitar 44 persen dari seluruh populasi, menurut The New York Times. 

Mereka yang melebihi batas pemerintah yakni 33,5 inci atau 85 cm untuk pria dan 35,4 inci atau 90 cm untuk wanita, dan memiliki penyakit terkait berat badan akan diberikan pedoman diet jika setelah tiga bulan mereka tidak menurunkan berat badan. 

Beberapa perusahaan besar seperti Matsushita, produsen Panasonic dan NEC perusahaan komputer pribadi bisa didenda mencapai 19 juta dollar AS atau hampir Rp 300 miliar jika gagal dalam target pengukuran lingkar pinggang.  

Kewajiban mengukur lingkar pinggang tidak hanya bagi karyawannya tetapi juga keluarga dan pensiunan mereka. 

Lantas, bagaimana jika terlanjur gendut? Bagi karyawan yang bertubuh gemuk harus mengikuti konseling dan program diet yang ditetapkan pemerintah.

Selain itu, mereka juga melakukan program wajib olahraga 30 menit sebelum mulai kerja, wajib naik turun tangga saat kerja di kantor, pola diet makanan sehat di kantin dan larangan cemilan kemasan dan makanan olahan.

Dilansir dari Coach Nine (73/2017), banyak orang Jepang memilih mengendarai transportasi umum. Hal yang wajar mengigat negara ini memiliki jaringan transportasi umum yang baik, berupa bus dan kereta.

Orang Jepang juga lebih suka menghabiskan waktu berjalan-jalan di sekitar kota maupu olahraga berjam-jam. Jika tidak, mereka mungkin terlihat mengendarai sepeda walaupun harus berjalan di jalur pegunungan.

Setiap harinya, orang Jepang yang tinggal di perkotaan akan berjalan rata-rata 8.000 langkah sehari. Ini artinya orang dengan berat badan 45 kilogram mampu membakar 220 kalori dalam waktu sehari.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/08/18/173000665/mengapa-orang-jepang-jarang-ada-yang-gemuk-ini-alasannya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke