Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Gamofobia, Ketakutan untuk Menikah, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 11/08/2023, 20:00 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Unggahan soal gamofobia yang disebut ketakutan untuk menikah ramai di media sosial.

Unggahan itu ditayangkan oleh akun Twitter ini pada Kamis (10/8/2023).

Dalam unggahan, terdapat foto berisi keterangan mengenai gamofobia yang diartikan ketakutan untuk menikah, berpasangan, dan berkomitmen dengan seseorang.

"Apa itu gamophobia? ketakutan untuk menikah, berpasangan, dan berkomitmen dengan seseorg. seorang gamophobia bisa menyukai seseorng tp jika jika diajak hubungan yangg serius, perasaannya bisa tibatiba hilang," demikian keterangan dalam unggahan tersebut.

Hingga Jumat (11/8/2023), unggahan itu sudah dilihat lebih dari 137.800 kali dan mendapat 2.312 suka.

Lantas, benarkah gamofobia merupakan ketakutan untuk menikah dan apa penyebabnya?

Baca juga: Alasan Semakin Banyak Anak Muda di China Enggan Menikah

Penjelasan psikolog

Dosen psikologi dari Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani Subardjo membenarkan gamofobia merupakan ketakutan seseorang untuk menikah atau mempunyai komitmen serius dengan orang lain.

Menurutnya, belakangan ini gamofobia justru menjadi gaya hidup orang-orang modern.

"Itu sering terjadi, terutama di negara-negara besar," ungkapnya kepada Kompas.com, Jumat (11/8/2023).

Gamofobia dapat menyebabkan seseorang tidak ingin berkenalan dengan orang lain di luar hubungan pekerjaan.

Terlebih, terdapat norma keluarga bahwa semua keputusan dipilih oleh diri masing-masing yang mendukung adanya fobia ini.

"Gamofobia bisa muncul secara sadar maupun tidak sadar. Tapi, seringnya disadari oleh yang bersangkutan," tutur Ratna.

"Konsepnya adalah melakukan itu (gamofobia) berarti ia menyadari bahwa konsekuensi yang akan didapat apa," tambahnya.

Meski begitu, menurutnya manusia sudah kodratnya hidup berpasang-pasangan.

Baca juga: Berapa Gaji Minimal untuk Siap Menikah? Pakar: Asal Punya Pendapatan Aktif

Penyebab gamofobia

Ratna mengatakan, banyak penyebab yang bisa memengaruhi munculnya gamofobia pada seseorang.

"Bisa karena faktor keluarga, melihat orangtua atau di dalam keluarga besar sering berkonflik sampai ada perceraian," terangnya

Apa yang dilihat dalam keluarga tersebut memunculkan persepsi bahwa pernikahan itu bukan menyatukan dan membahagiakan, melainkan memisahkan bahkan melukai.

"Faktor lainnya adalah traumatik, dalam artian seperti pernah menjalin hubungan dengan orang lain dan sudah serius ke jenjang pernikahan, namun ternyata dikhianati," jelasnya.

Hal tersebut kemudian menyebabkan seseorang tidak ingin mengambil keputusan ketika dekat dengan orang lain karena takut pengalaman buruknya terulang kembali.

Ratna melanjutkan, seseorang mengalami gamofobia tidak hanya disebabkan oleh pengalaman buruk di masa lalu, melainkan juga karena ketakutan atas dasar faktor finansial.

"Misal keluarga dari perempuan, pria harus menyediakan mahar yang banyak seperti rumah dan mobil," kata dia.

"Itu ketakutan oleh kondisi finansial terhadap keluarga pasangan," imbuhnya.

Baca juga: Ramai soal Takut Berbicara di Depan Umum Disebut Glossophobia, Fobia Apa Itu?

Selain itu, gamofobia juga bisa muncul dikarenakan pencapaian karier yang berbeda antarpasangan, terutama bagi perempuan.

"Ketika sudah tinggi kariernya, perempuan merasa bahwa ia mampu bertahan hidup sendiri tanpa orang lain," ucap Ratna.

"Secara finansial, kedudukan, mental sudah bisa (bertahan hidup) dengan didukung fasilitas yang bisa didapat," tambahnya.

Kondisi yang sudah mempunyai karier tinggi dan hidup mapan itu kemudian mengakibatkan laki-laki akan merasa takut untuk mendekati perempuan tersebut.

Menurut Ratna, seorang perempuan juga akan merasa lebih tinggi derajatnya karena pencapaian yang sudah ia dapat, terlebih jika pihak pria mempunyai pencapaian di bawahnya.

"Sehingga muncul ketakutan tidak bisa menuruti laki-laki atau pasangannya sebagai kepala keluarga. Jadi sama-sama keras kepala," ucapnya.

Dengan begitu, perempuan memilih hidup sendiri karena menganggap jauh lebih baik daripada hidup dengan orang lain, namun banyak konflik.

Baca juga: Ramai soal Anggapan Anak Bikin Cepat Tua, Gaya Hidup Childfree atau Fobia?

Cara mengatasi gamofobia

Menurut Ratna, gamofobia bisa diatasi atau dihilangkan dari persepsi seseorang. Berikut caranya:

  • Tanamkan diri untuk membuka komunikasi dengan orang lebih banyak lagi agar memiliki pandangan yang lebih luas.
  • Yakini bahwa hidup itu tidak sendiri, masih banyak orang yang peduli serta saling membantu dan mendukung.
  • Mengurangi egosentris dalam diri sendiri.
  • Mengetahui bahwa hidup akan terasa senang dan sulit pada suatu waktu.
  • Berkonsultasi ke psikolog atau ahlinya jika perlu.

Baca juga: Gejala Vestiphobia, Fobia atau Ketakutan pada Pakaian

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com