Dalam sebuah survei, banyak kaum muda mengatakan dirinya terhalang oleh biaya yang harus ditanggung oleh seorang anak melalui sistem pendidikan China yang kejam.
Ketika wanita di kota mencapai tingkat baru kemandirian finansial dan pendidikan, pernikahan bukanlah kebutuhan ekonomi bagi mereka.
Sementara para pria mengaku tidak mampu untuk menikah karena tekanan budaya untuk memiliki rumah dan mobil bahkan sebelum mereka mulai berkencan.
Ketidakstabilan selama tiga tahun terakhir karena pandemi menambah tekanan-tekanan ini, membentuk kembali harapan banyak anak muda tentang membangun sebuah keluarga.
"Jika anak muda tidak percaya diri tentang masa depan, sangat sulit bagi mereka untuk berpikir tentang berumah tangga dan menikah," kata peneliti senior di Australia’s Victoria University, Xiujian Peng.
Baca juga: Pelaut Angkatan Laut AS Dituduh Bagikan Rahasia Negara ke China
Banyak pria mengatakan mereka menunda pernikahan karena merasa tidak aman secara ekonomi.
Karena preferensi budaya untuk anak laki-laki selama kebijakan satu anak pemerintah, yang berakhir pada tahun 2016, China memiliki sekitar 35 juta lebih banyak laki-laki daripada perempuan.
Kondisi ini memicu persaingan ekonomi untuk menikah.
Seorang warga bernama Xu Xi (30) meninggalkan pekerjaannya di sebuah perusahaan teknologi multinasional untuk sebuah perusahaan milik negara tahun ini.
Ia menginginkan lebih banyak keamanan kerja, meskipun dia mengambil potongan gaji 50 persen dan sekarang menghasilkan sekitar 28.000 dollar AS setahun.
Setelah beralih, ia merasa siap untuk melamar pacarnya tahun depan, tetapi mengatakan mereka tidak berencana memiliki anak karena biayanya terlalu mahal.
Baca juga: Mata-mata China Diduga Menyusup, Ini Siasat Taiwan
Di China, penurunan pernikahan berkorelasi dengan penurunan angka kelahiran.
Tahun lalu, populasi China menyusut untuk pertama kalinya sejak awal 1960-an, ketika terjadi kelaparan yang meluas.
Karenanya, pemerintah terus mengampanyekan propaganda untuk mendesak anak muda agar mau menikah dan memiliki bayi. Bahkan, mereka mengadakan acara kencan yang disponsori oleh negara.
Sayangnya, kecemasan dan kekhawatiran yang telah meluas membuat upaya ini sulit terlaksana.
Wanita berusia 25-29 tahun di perkotaan China yang belum pernah menikah naik menjadi 40,6 persen pada 2020 dari 8,6 persen pada 2000.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.