Optimisme, harapan, dan pengampunan meningkatkan risiko orang-orang tetap bersama pelaku kekerasan dan menjadi sasaran pelecehan.
Baca juga: 10 Kebiasaan Positif yang Bisa Membuat Anda Selalu Bahagia, Apa Saja?
Duka dan kesedihan adalah hal yang normal saat menghadapi kehilangan. Adanya toxic positivity membuat hal tersebut seolah diremehkan.
Seseorang yang berulang kali mendengar pesan untuk sabar atau tetap bahagia mungkin merasa seolah-olah orang lain tidak peduli dengan rasa kehilangannya.
Orang tua yang kehilangan anak, misalnya, mungkin merasa bahwa anaknya tidak penting bagi orang lain, dan justru menambah kesedihan mereka.
Orang yang merasakan toxic positivity seperti tekanan untuk tersenyum saat menghadapi kesulitan bisa cenderung tidak akan mencari dukungan.
Mereka mungkin merasa terisolasi atau malu dengan perasaan mereka. Stigma juga dapat menghalangi seseorang untuk mencari perawatan kesehatan mental.
Baca juga: 7 Kebiasaan Sederhana untuk Melatih Kesabaran
Setiap hubungan memiliki tantangan dan toxic positivity mendorong orang untuk mengabaikan tantangan ini, sehingga selalu fokus pada hal positif.
Pendekatan ini dapat menghancurkan komunikasi dan kemampuan untuk memecahkan masalah dalam hubungan.
Setiap orang terkadang mengalami emosi negatif dan toxic positivity mendorong orang untuk mengabaikan emosi negatif mereka.
Meskipun menahannya dapat membuat mereka merasa lebih kuat. Karena jika seseorang tidak dapat merasa positif, mereka mungkin merasa seolah-olah gagal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.