Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adu Argumen Soal Subsidi Mobil Listrik, antara Anies dan Pemerintah...

Kompas.com - 10/05/2023, 10:15 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa hari terakhir, isu subsidi mobil listrik kembali memanas.

Ini bermula dari kritikan yang dilemparkan oleh bakal calon presiden Anies Baswedan dalam pidatonya di depan relawan Amanat Indonesia di Stadion Tenis Indoor Senayan, Jakarta pada Minggu (7/5/2023).

Bagi Anies, kebijakan subsidi kendaraan listrik kurang tepat untuk menghadapi masalah lingkungan hidup.

"Kita menghadapi tantangan lingkungan hidup. Itu kenyataan bagi kita," kata Anies dalam pidatonya, dikutip dari pemberitaan Kompas.com Minggu (7/5/2023).

"Solusi menghadapi masalah lingkungan hidup, apalagi soal polusi udara, bukanlah terletak di dalam subsidi untuk mobil listrik yang pemilik-pemilik mobil listriknya adalah mereka yang tidak membutuhkan subsidi," sambungnya.

Pasalnya, ia menyebut emisi karbon mobil listrik per kapita per kilometer lebih tinggi dari emisi karbon bus berbahan bakar minyak.

Menurutnya, hal ini terjadi karena bus bisa memuat banyak orang.

Selain itu, keberadaan mobil listrik juga tidak akan menggantikan mobil di garasi seseorang, tetapi justru menambah kemacetan di jalanan.

Karenanya, Anies berharap agar pemerintah memastikan sumber daya yang diberikan kepada masyarakat lebih tepat sasaran.

Baca juga: Subsidi Kendaraan Listrik Diberikan Hari Ini, Simak Syarat, Merek, dan Cara Mendapatkannya!

Jawaban beberapa menteri

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan pun angkat bicara terkait kritikan Anies tersebut.

Luhut mengklaim, kebijakan subsidi mobil listrik sudah melalui penelitian.

"Saya kira enggak ada lah itu polusi. Mobil listrik sudah ada studi yang komprehensif. Saya kira seluruh dunia, bukan hanya kita. Jangan lawan arus dunia," kata Luhut, dikutip dari pemberitaan Kompas.com Selasa (9/5/2023).

Ia pun mengundang Anies untuk berdiskusi terkait kebijakan subsidi kendaraan listrik ini.

"Siapa yang berkomentar saya enggak tahu mengenai itu. Nanti suruh dia datang ke saya, nanti biar saya jelasin bahwa itu enggak ada, enggak benar omongannya itu," ujarnya.

Baca juga: Diincar Indonesia, Perusahaan Mobil Listrik Tesla Buka Kantor di Malaysia, Apa Kata Luhut?

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan, tak ada yang salah dengan subsidi kendaraan listrik.

Sebab, kebijakan serupa juga diterapkan di banyak negara untuk mendorong penggunaan kendaraan ramah lingkungan.

"Ya kalau subsidi mobil listrik hampir semua negara memberikan. Seluruh dunia melakukan hal yang sama," kata Airlangga.

Senada, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai, subsidi mobil listrik justru akan mempercepat transisi penggunaan kendaraan ramah lingkungan.

Dengan begitu, Indonesia bisa berkontribusi untuk mengurangi gas emisi global.

"EV (electric vehicle) itu pada dasarnya untuk mengurangi emisi. Sebagai bagian dari komunitas global, kita pun punya komitmen zero emisi pada 2060. Nah ini bagian yang tidak terlepaskan dari upaya untuk itu," jelas Agus.

Tak hanya itu, pengembangan industri EV dalam negeri juga berpeluang menciptakan tenaga kerja dalam jumlah besar.

Baca juga: Ramai soal Garis Biru di Kanan Pelat Nomor Mobil Listrik Milik Influencer, Ini Penjelasan Polisi

(Sumber: Kompas.com/Ruly Kurniawan, Isna Rifka Sri Rahayu, Ade Miranti Karunia, Adhyasta Dirgantara | Editor: Azwar Ferdian, Akhdi Martin Pratama, Yoga Sukmana, Aryo Putranto Saptohutomo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com