"Maka dapat menuntutnya dengan melaporkan secara pidana sebagai perbuatan yang tidak menyenangkan melanggar Pasal 335 KUHP," jelas Abdul, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (14/4/2023).
Menurut Abdul, kata-kata perbuatan tidak menyenangkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) telah dicabut oleh Mahkamah Konstitusi.
Pencabutan tersebut tertuang dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 1/PUU-XI/2013 Tahun 2013.
"Yang penting ada tindakan yang intimidatif terhadap orang lain. Jadi penekanan Pasal 335 KUHP ini adalah sifat perbuatan yang intimidatif," tutur Abdul.
Dengan demikian, berikut Pasal 335 ayat (1) angka 1 KUHP juncto Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 1/PUU-XI/2013 yang bisa digunakan untuk menjerat stalker:
Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah:
Barang siapa secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, atau dengan memakai ancaman kekerasan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain.
Baca juga: Benarkah Menagih Utang Bisa Dipidana?
Lebih lanjut Abdul menjelaskan, penguntit yang sampai melakukan kontak fisik juga dapat dituntut dengan pasal penganiayaan ringan.
"Jika sampai melakukan kontal fisik, maka bisa dituntut sebagai penganiayaan ringan Pasal 351 KUHP," kata dia.
Adapun ketentuan dalam Pasal 351 KUHP, yakni:
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Abdul menambahkan, selama ada tindakan intimidatif dari pelaku, baik dengan atau tidak adanya kontak fisik, maka terduga pelaku bisa dituntut dengan dua pasal KUHP tersebut.
"Soal medianya (penguntitan) bisa apa saja termasuk WhatsApp," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.