Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Matematika dan Pancasila

Kompas.com - 14/04/2023, 10:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

NASKAH berjudul Matematika dan Pancasila ini sama sekali tidak berniat mematematikakan Pancasila maupun mem-Pancasilakan matematika, namun sekadar menelaah kehadiran unsur-unsur matematikal di dalam Pancasila.

Dari namanya saja sudah dapat disimpulkan bahwa unsur matematikal memang hadir secara cukup meyakinkan di dalam Pancasila.

“Panca” di dalam bahasa Sansekerta bermakna lima sebagai nama angka yang berada pada urutan ke lima setelah satu, dua, tiga dan empat.

Angka lima di dalam peradaban Nusantara memiliki makna cukup berarti semisal Pandawa Lima, Panca Indera, lima jari pada masing-masing tangan dan kaki, lima lubang di kepala manusia, lima benua.

Isi Pancasila yang tersurat di dalam kitab suci Buddhisme, Tripitaka adalah Lima Tekad sebagai berikut:

  1. Panatipata veramani sikkhapadang samadiyami
  2. Adidana veramani sikkhapadang samadiyami
  3. Kamesumiccharacara veramani sikkhapadang samadiyami
  4. Musavada veramani sikkhapadang samadiyami
  5. Surameraya majjapamadattana veramani sikkhapadang samadiyami

Pada hakikatnya kearifan Pancasila yang tersirat di dalam Kitab Tripitaka seiring-sejalan serta seirama-senada dengan kearifan Islam: Jihad Al Nafs sebagai pedoman manusia untuk senantiasa berjuang menaklukkan gejolak hawa nafsu bukan diri orang lain namun diri sendiri.

Angka lima merupakan poros tengah pada sistem angkamologis decimal. Menarik bahwa semua angka hasil perkalian dengan lima niscaya berakhir pada nol atau dirinya sendiri, yakni lima.

Maka sebaliknya angka yang tidak berakhir pada nol atau lima tidak bisa dibagi secara utuh oleh lima. Kecuali menggunakan angka di belakang koma semisal 13 dibagi 5 = 2,6.

Perlu selalu diingat bahwa lima memang angka, namun nol masih diperdebatkan sebagai angka atau bukan angka.

Pentatonik alias pancanada merupakan suatu bentuk titi nada universal apabila 1 2 3 5 6 namun langsung menjadi slendro apabila 1 3 4 5 7 yang terkesan minor seperti di musik Jepang dan Sunda 1 3 4 6 7.

Sistem kontrapunkt pentonikal tidak bisa begitu saja diterapkan pada sistem kontrapunkt diatonikal meski sebaliknya relatif lebih bisa akibat pakem harmoni pentatonik memang relatif lebih leluasa dari belenggu aturan tidak boleh begini begitu.

Maka gerak paralel kuint alias interval lima dilarang keras alias tabu digunakan pada ilmu harmoni Barat, namun justru merupakan keasyikan tersendiri pada musik Timur termasuk Jawa, Bali, dan Sumut.

Nama ibu kota Peru adalah Lima secara etimologis berasal bukan dari ranah matematikal, namun konon berasal dari nama seorang gadis dalam bahasa Latin yang bermakna “berbudaya”.

Di dalam mitologi Romawi, Lima adalah Dewi Penjaga Perbatasan yang wajib jangan dilanggar demi menjaga keharmonisan segala sesuatu di alam semesta.

Apabila dikupas secara abjadomologis, maka kata lima terdiri dari empat huruf yang saling beda urutan namun berakhir pada abjad urutan pertama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com