Perawatan medis untuk mengatasi stroke tergantung dengan penyebab dan tipe penyakit yang diderita.
Penderita stroke iskemik yang terjadi akibat adanya gumpalan darah pada otak akan diberi obat Aktivator plasminogen jaringan (tPA). Dokter juga dapat mengobati stroke ini dengan obat pengencer darah atau operasi untuk menghilangkan darah beku.
Sebaliknya, pasien stroke hemoragik akan melakukan berbagai prosedur untuk menambal kebocoran pembuluh darah di otak.
Metode yang dapat dilakukan antara lain berupa bedah endovaskular atau pemasangan kliping atau penjepit untuk menghentikan pendarahan.
Baca juga: Stroke: Cara Diagnosis dan Pengobatannya
Diperkirakan, 1 dari 4 penderita stroke akan mengalami kekambuhan.
Stroke berisiko menyerang lagi selama 90 hari setelah serangan pertama. Kejadian ini paling banyak terjadi satu minggu setelah serangan stroke awal.
Untuk mencegah stroke kambuh, mantan penderita stroke harus mengatasi penyebab stroke.
Ini berarti mengatasi penyakit jantung, tekanan darah tinggi, fibrilasi atrium (detak jantung cepat dan tidak teratur), kolesterol tinggi, atau diabetes.
Dokter dan terapis akan memberikan bantuan agar pasien sembuh dari penyakit itu dan memiliki gaya hidup lebih sehat.
Baca juga: Senam Aerobik untuk Rehabilitasi Stroke, Bagaimana Caranya?
Rehabilitasi merupakan tahapan yang sangat penting dilakukan agar penderita stroke dapat kembali hidup normal.
Proses rehabilitasi dilakukan setelah pasien berada di rumah sakit, biasanya satu atau dua hari setelah serangan stroke.
Tahapan ini membantu memudahkan transisi pasien dari kondisi terkena stroke di rumah sakit menuju aktivitas normal sehari-hari di rumah.
Rehabilitasi yang dapat dilakukan berupa terapi fisik, terapi okupasi untuk beraktivitas sehari-hari, terapi wicara, terapi vokasional untuk siap kembali bekerja, serta terapi psikologis.
Menurut Healthline, pemulihan stroke agar kembali normal sangat tergantung pada kondisi pasien. Berikut faktor yang mendukung pasien stroke dapat pulih secara total: