KOMPAS.com - Stroke terjadi ketika muncul gumpalan di pembuluh darah atau arteri otak pecah. Akibatnya, aliran darah yang membawa oksigen ke otak terhambat sehingga sel otak bisa rusak atau mati.
Karena menyerang otak yang mengontrol fungsi tubuh, stroke dapat memengaruhi hampir semua bagian.
Gejala penyakit ini dapat berupa wajah terkulai, lengan atau tungkai melemah, tidak bisa berbicara jelas, sakit kepala parah, dan sulit melihat.
Perawatan pasien stroke disesuaikan dengan penyebab penyakitnya. Biasanya, pasien akan menjalani rehabilitasi untuk mengatasi gangguan saraf yang memengaruhi kegiatan sehari-hari.
Terbaru, sebuah penelitian di Amerika Serikat membuktikan bahwa senam aerobik merupakan terapi rehabilitasi yang tepat bagi pasien stroke.
Baca juga: Stroke: Cara Diagnosis dan Pengobatannya
Umumnya, orang-orang yang melakukan senam aerobik merupakan mereka yang sehat. Mereka dapat berjalan dan bergerak dengan normal hingga berkeringat.
Penderita stroke jelas tidak bisa seperti itu. Berdiri dan berjalan saja mereka mungkin kesulitan.
Karena itulah, saat akan melakukan aerobik, pasien stroke harus di bawah pengawasan ahli.
Penelitian yang dilakukan di Universitas South Carolina membuktikan bahwa penderita stroke dapat memperoleh manfaat dari latihan aerobik. Metode serupa juga dapat dilakukan pasien penyakit jantung.
Metode rehabilitasi penderita stroke biasanya berupa terapi fisik dan okupasi untuk memperbaiki gangguan berjalan, kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi. Hal-hal ini ada pada senam aerobik.
Terlepas dari aktivitas spesifik yang dilakukan, seberapa lancar pergerakan mereka, atau seberapa lama sejak mereka menderita stroke, latihan aerobik dapat berpengaruh besar bagi pasien.
Baca juga: Gejala Stroke Berdasarkan Usia Penderita, dari Bayi hingga Lansia
Dokter akan mempertimbangkan kondisi medis penderita untuk menentukan latihan yang harus dan tidak boleh dilakukan.
Sebagai contoh, pasien yang gagal menyelesaikan "tes stres" hanya bisa menjalani senam dengan intensitas sedang. Pasien yang lancar berbicara dapat melakukan senam dengan kesulitan sedang hingga agak berat.
Selain itu, ada juga "tes berjalan enam menit". AARP melaporkan, tes ini dilakukan untuk mengukur kebugaran dengan membandingkan jarak yang dapat ditempuh pasien dalam waktu tertentu.
Penderita stroke yang mampu berjalan kurang dari 288 meter dalam enam menit dapat melakukan latihan aerobik untuk bisa berjalan 53 meter lebih jauh.
Latihan aerobik yang dilakukan berupa senam selama 30 menit sebanyak dua hingga tiga kali seminggu. Usai dilakukan sepanjang delapan hingga 18 minggu, pasien stroke akan lebih kuat berjalan dan daya tahan tubuhnya meningkat.
Pasien stroke yang sulit melakukan senam aerobik masih bisa berjalan kaki atau menaiki recumbent bike atau sepeda telentang.
Baca juga: Daftar Makanan Pencegah Stroke, Menurunkan Risiko Gangguan Pembuluh Darah
Berikut sejumlah hal yang wajib dipertimbangkan sebelum melakukannya:
Stroke merupakan penyakit berbahaya yang harus mendapatkan perawatan sedini mungkin, karena penyakit ini berpacu dengan waktu.
Meski begitu, kondisi ini dapat diatasi dengan pengobatan dan rehabilitasi yang tepat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.