Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta soal Garam, Tidak Hanya Bikin Makanan Jadi Asin

Kompas.com - 07/04/2023, 15:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Digunakan sebagai penyedap masakan, garam dilingkupi oleh banyak mitos. Beberapa mitos, ternyata adalah kekeliruan yang sayangnya, dipercaya masyarakat dari tahun ke tahun.

Garam sendiri adalah bahan penyedap yang sudah digunakan manusia ribuan tahun lamanya.

Tubuh manusia membutuhkan natrium di dalam garam untuk melakukan gerakan impuls saraf, kontraksi dan mengendurkan otot, serta menjaga keseimbangan air dan mineral. Diperkirakan, manusia membutuhkan sekitar 500 mg garam setiap hari.

Terlepas dari manfaatnya, ada banyak mitos beredar mengenai garam. Berikut mitos dan fakta di balik bumbu dapur yang membuat makanan terasa asin ini.

Baca juga: Mengurangi Garam dan Micin Bisa Bikin Awet Muda, Benarkah?


Mitos: garam hanya membuat makanan asin

Banyak orang mungkin berpikir garam hanyalah bumbu yang menimbulkan satu dari lima rasa pada makanan, yaitu asin. Faktanya, tidak demikian.

Dilansir dari The Washington Post, garam dapat mengurangi rasa pahit dan meningkatkan aroma masakan. Selain itu, garam juga menambah tekstur makanan. 

Ketika garam dituangkan ke rebusan pasta, mi tersebut akan menjadi tidak lengket. Ini terjadi karena garam dapat mengurangi lapisan gelatin yang terbentuk di permukaan pasta saat dimasak.

Sedangkan di rebusan sayuran, garam yang dimasukkan ke dalam air mendidih bisa berguna mempertahankan nutrisi sayuran yang ada.

Garam juga akan mencegah telur goreng menjadi keras. Hal yang sama berlaku dengan daging yang jadi lebih lembab berkat garam. Sebaliknya, kulit kalkun atau ayam yang diasinkan akan menjadi renyah dan keemasan saat digoreng.

Baca juga: 9 Efek Mengonsumsi Garam Berlebih bagi Tubuh

Mitos: penggunaan garam tidak bisa ganti-ganti

Ilustrasi garam kasar atau garam krosok. SHUTTERSTOCK/LIMPIDO Ilustrasi garam kasar atau garam krosok.
Garam terdiri dari berbagai jenis, antara lain garam dapur, garam meja, dan kosher. Mitos yang beredar, kita hanya bisa menggunakan satu jenis garam untuk satu resep masakan.

Faktanya, penggunaan satu garam dapat digantikan jenis lainnya.

Namun perlu diingat, perhatikan ukuran setiap garam yang akan digunakan. Satu sendok teh dari satu jenis garam tertentu mungkin berbeda dari satu sendok garam lainnya.

Garam dapur dan garam meja memiliki butiran kecil sehingga volumenya hampir sama. Mereka juga memiliki kandungan natrium yang sama. Ini membuat keduanya bisa digunakan bergantian.

Di sisi lain, garam kosher memiliki butiran yang lebih besar. Satu sendok makan garam laut atau garam meja sama dengan 1 1/2 sampai 2 garam kosher.

Baca juga: 10 Kegunaan Garam Selain untuk Memasak

Mitos: natrium terbesar ada di makanan rumahan

Ada anggapan, olahan masakan paling tinggi natrium adalah olahan rumahan. Faktanya, dengan memasak di rumah, seseorang justru dapat mengatur jumlah garam yang akan digunakan di masakannya.

Seseorang dapat memiliki natrium yang tinggi akibat banyak mengonsumsi makanan olahan dan siap saji.

Dalam makanan olahan, kadar garam tidak bisa terkontrol. Di Amerika Serikat, 70 persen asupan garam sehari-hari bahkan berasal dari makanan kemasan.

Mitos: tidak butuh garam saat membuat kue

Ilustrasi membentuk adonan kue semprit. SHUTTERSTOCK/Odua Images Ilustrasi membentuk adonan kue semprit.
Makanan manis, seperti kue atau roti, memang lebih identik dengan rasa manis. Namun, bukan berarti camilan itu tidak mengandung garam.

Di balik tepung, telur, mentega, dan susu, garam diperlukan untuk memberikan rasa yang seimbang ke dalam makanan manis tersebut. Garam dapat menonjolkan rasa utama dari kue atau roti, bahkan lebih baik dalam melawan rasa asam daripada gula.

Garam mengurangi kemampuan ragi menyerap air. Adonan tanpa garam akan mengembang terlalu cepat dan mudah hancur di dalam oven.

Garam juga memperlambat aktivitas ragi pada adonan roti. Ragi berkembang dalam adonan berkat adanya gula. Jika kandungan gula habis, roti yang dipanggang tidak akan matang berwarna kecoklatan dan terasa manis.

Baca juga: Studi: Banyak Tambahkan Garam ke Makanan Tingkatkan Risiko Kematian

Mitos: garam mempercepat air mendidih

Faktanya, menambahkan garam ke air tidak akan mempercepat air mendidih. Sebaliknya, garam justru meningkatkan titik didih air karena bersaing dengan molekul air untuk menyerap energi.

Secara teori, itu berarti air asin membutuhkan waktu lebih lama untuk mendidih.

Untuk menaikkan titik didih air, dibutuhkan 1 ons garam per liter air. Jumlah ini tidak realistis untuk memasak sehari-hari.

Garam yang ditambahkan ke air panas akan menimbulkan gelembung. Namun, ini bukan tanda air mendidih, melainkan karena terbentuknya gelembung uap di air.

Baca juga: Efek Jangka Pendek dan Panjang Mengonsumsi Garam Berlebih

Mitos: garam mahal membuat makanan lebih enak

Ilustrasi garam himalaya.PIXABAY/MONIKA Ilustrasi garam himalaya.
Di antara jenis-jenis garam, garam Himalaya yang berwarna merah muda memiliki harga yang lebih mahal. Karena itu, banyak anggapan garam ini lebih eksklusif dan bermanfaat tinggi.

Padahal faktanya, garam Himalaya mungkin akan kehilangan tekstur dan rasanya saat digunakan memasak.

Ada baiknya garam ini ditaburkan di akhir masakan jadi atau sebagai hiasan.

Baca juga: Berapa Batas Aman Konsumsi Garam Setiap Hari?

Mitos: garam tanpa yodium buruk untuk kesehatan

Yodium merupakan zat yang mengatur fungsi kelenjar tiroid dan mencegah kemunculan gondok. Zat ini umumnya banyak berada di tanah atau air dekat laut.

Untuk mengatasi kekurangan yodium di daerah yang jauh dari pantai, garam meja beryodium kemudian dibuat.

Sayangnya, orang-orang lantas beranggapan bahwa garam tanpa yodium tidak sehat.

Kenyataannya, seseorang hanya butuh 150 mikrogram yodium setiap hari. Zat itu juga bisa didapat dari ikan, susu, bahkan rumput laut.

Itulah mitos dan fakta yang menyelubungi garam selama ribuan tahun, yang sebaiknya Anda tahu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Ali Bagheri, Diplomat Ulung dan Pengkritik Keras Barat yang Kini Menjabat sebagai Menlu Iran

Ali Bagheri, Diplomat Ulung dan Pengkritik Keras Barat yang Kini Menjabat sebagai Menlu Iran

Tren
Cerita di Balik Jasa 'Santo Suruh' yang Mau Disuruh Apa Saja, dari Jemput Anak Main juga Kubur Ari-ari

Cerita di Balik Jasa "Santo Suruh" yang Mau Disuruh Apa Saja, dari Jemput Anak Main juga Kubur Ari-ari

Tren
Suhu Udara Capai 50 Derajat Celsius, Ini Imbauan bagi Jemaah Haji yang Tiba di Makkah

Suhu Udara Capai 50 Derajat Celsius, Ini Imbauan bagi Jemaah Haji yang Tiba di Makkah

Tren
Kemendikbud Rekomendasikan 177 Karya Sastra di Sekolah, Ada 'Bumi Manusia'

Kemendikbud Rekomendasikan 177 Karya Sastra di Sekolah, Ada "Bumi Manusia"

Tren
Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan 22 Mei 2024, Klik rekrutmenbersama2024.fhcibumn.id

Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan 22 Mei 2024, Klik rekrutmenbersama2024.fhcibumn.id

Tren
UKT Semakin Mahal dan Janji Prabowo Gratiskan Biaya Kuliah di Kampus Negeri

UKT Semakin Mahal dan Janji Prabowo Gratiskan Biaya Kuliah di Kampus Negeri

Tren
Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Minum Madu Campur Lemon

Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Minum Madu Campur Lemon

Tren
Catat, Ini 4 Suplemen yang Bisa Sebabkan Kepala Pusing

Catat, Ini 4 Suplemen yang Bisa Sebabkan Kepala Pusing

Tren
Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Tren
Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Tren
Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang 'Jaka Sembung'

Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang "Jaka Sembung"

Tren
Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Tren
Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Tren
Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Tren
Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com