Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara Telat Mendarat 10 menit, Pesawat di Jepang Harus Terbang 16 Jam dari Normalnya Hanya 2 Jam

Kompas.com - 27/02/2023, 20:30 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Keterlambatan yang hanya terjadi beberapa menit terkadang bisa mengubah nasib. 

Itu dialami ratusan penumpang pesawat Japan Airlines dengan nomor penerbangan JL 331.

Mereka harus menempuh penerbangan yang normalnya hanya 2 jam menjadi 16 jam akibat pesawat terlambat mendarat 10 menit.

Bagaimana kejadiannya?

Dikutip dari BBC, kejadian unik itu bermula ketika pada Minggu (19/2/2023), pesawat yang hendak terbang dari Bandara Haneda Tokyo menuju Bandara Fokuoka itu mengalami keterlambatan atau delay.

Sedianya, pesawat itu dijadwalkan lepas landas dari Haneda pada Minggu pukul 18.30 waktu setempat dan mendarat di Fukoka pada 20.30 di hari yang sama. 

Namun, penerbangan itu baru bisa dilakukan pada pukul 20.18 karena ada pergantian pesawat. 

Setibanya di Fokuoka, pesawat yang ditumpangi 335 orang itu ditolak saat akan mendarat. 

Baca juga: Penumpang Buka Pintu Darurat, Pesawat Lion Air Kupang-Surabaya Batal Terbang

Musababnya, pesawat itu baru akan mendarat sekitar 10 menit setelah batas waktu aktivitas penerbangan berakhir. 

Ketentuan di wilayah Fokuoka menetapkan batas waktu akhir aktivitas penerbangan pada pukul 22.00.

Hal itu untuk menghindari kebisingan yang bisa menganggu masyarakat di sekitar bandara. 

Sebenarnya, ada pesawat lain yang masih dizinkan mendarat selepas pukul 22.00 pada hari itu. Pesawat yang dimaksud terlambat karena problem cuaca.

Petugas lalu lintas udara setempat mengatakan, keterlambatan akibat cuaca atau lalu lintas udara yang padat masih bisa ditoleransi. Namun, penggantian pesawat tidak. 

Berputar-putar di langit

Ilustrasi Bandara Haneda di Jepang.UNSPLASH/Markus Winkler Ilustrasi Bandara Haneda di Jepang.

Dilansir dari TheThaiger, setelah ditolak mendarat, penerbangan JL 331 akhirnya harus berputar-putar di langit, mencari bandara terdekat untuk mendarat.

Pesawat itu sempat berupaya untuk mendarat di bandara Kitakyushu.

Namun, hal itu tak bisa dilakukan lantaran adanya kekurangan bus untuk mengangkut para penumpang ke hotel. 

Burung besi itu sempat mendarat di Bandara Kansai, Osaka pada pukul 23.00. Pendaratan itu hanya untuk pengisian bahan bakar dan pemeliharaan. 

Adapun para penumpang tidak diperkenankan turun dari pesawat karena alasan ketidakmampuan dalam penyediaan hotel.

Baca juga: Saat Puluhan Penumpang Pesawat Scoot Ketinggalan, Apa yang Terjadi?

Setelah hampir tiga jam berada di Kansai, pesawat itu kembali lepas landas pada Senin (20/2/2023) pukul 1.45. Kali ini, pesawat terbang ke bandara asal yakni Bandara Haneda. 

Pesawat akhirnya berhasil mendarat di Haneda pada Senin pukul 2.50. 

Para penumpang akhirnya dapat turun dan ditampung di sebuah hotel yang diatur oleh pihak maskapai.

Senin pagi, para penumpang kembali ke pesawat dan terbang menuju Bandara Fukuoka.

Pesawat mendarat di Fukuoka pada pukul 10.20. Itu menjadi akhir dari perjalanan 16 jam yang ditempuh oleh 335 penumpang JL 331.

Ilustrasi penumpang pesawat yang berdiri menunggu pintu keluar pesawat dibuka. Dok. Shutterstock/Phasut Waraphisit Ilustrasi penumpang pesawat yang berdiri menunggu pintu keluar pesawat dibuka.

Diinvestigasi

Hingga saat ini, kejadian tersebut masih diinvestigasi oleh pihak Japan Airlines.

Mereka meminta maaf kepada para penumpang dan memberikan kompensasi berupa biaya hotel dan taksi. 

"Kami memohon maaf atas ketidaknyamanan yang dirasakan para penumpang akibat penerbangan tidak tiba di Fukuoka sesuai jadwal," kata perwakilan pihak Japan Airlines. 

Japan Airlines juga menyesal karena telah membuat ratusan penumpangnya harus menjalani penerbangan yang amat panjang. 

Baca juga: Mengapa Jendela Pesawat Berbentuk Oval dan Bukan Persegi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com