KOMPAS.com - Duduk di dekat jendela merupakan posisi yang paling didambakan saat naik pesawat.
Namun, pernahkah Anda memperhatikan jika jendela pesawat memiliki bentuk berbeda dengan jendela pada umumnya?
Saat ini, semua pesawat dari yang terkecil hingga terbesar memiliki jendela berbentuk bulat atau oval. Bentuk jendela ini pun bukan tanpa alasan.
Baca juga: Ramai Inspeksi Boeing 737, Mengapa Pesawat Bisa Mengalami Keretakan?
Dikutip dari Simple Flying, alasan dibuatnya jendela bundar pada pesawat adalah untuk mengatur tekanan udara di dalam dan luar pesawat.
Saat terbang di atas 10.000 kaki, kabin pesawat diberi tekanan hingga 11-12 psi (pounds per square inch), sedangkan tekanan udara luar mungkin hanya 4-5 psi.
Variasi yang luas ini menyebabkan tekanan pada jendela, sehingga harus menghadapi siklus tekanan berulang.
Baca juga: Viral, Twit Pesawat Scoot Berputar-putar di Atas Kota Manado, Ada Apa?
Selain itu, jendela berbentuk bundar juga memungkinkan pemerataan tekanan di seluruh panel.
Desain bundar jendela juga lebih tahan terhadap deformasi dan membuatnya lebih kuat untuk penggunaan jangka panjang.
Hal ini menjelaskan alasan semua pesawat sekarang menggunakan jendela bundar selama lebih dari 70 tahun.
Baca juga: Dari Jendela Menjadi Kendi, Cara Warga Lebanon Mendaur Ulang Kaca Ledakan Beirut
Namun, penggunaan jendela bundar pada pesawat baru ada pada sekitar 1950-an, setelah terjadi kecelakaan mematikan.
Kecelakaan tersebut melibatkan pesawat de Havilland Comets yang hancur dalam penerbangan dalam peristiwa terpisah pada 1953 dan 1954.
Penyebab kecelakaan itu ditemukan pada desain jendela persegi.
Baca juga: Daftar Maskapai Penerbangan Paling Tepat Waktu di Dunia, Ada Garuda?
Disebutkan bahwa tepi tajam jendela persegi pesawat menciptakan titik lemah alami, sehingga menyebabkan kegagalan kelelahan logam.
Sudut-sudut ini mudah tertekan, kemudian semakin melemah oleh tekanan udara di ketinggian.
Pada 1950-an, pesawat seperti de Havilland Comets terbang lebih cepat dan lebih tinggi dari pendahulunya.