Pada 2015, sekelompok ilmuwan mewawancarai 100 pasien yang secara rutin berjalan dalam tidur.
Mereka menemukan hubungan yang kuat antara berjalan dalam tidur dan sakit kepala, terutama migrain.
Baca juga: 10 Gejala Ginjal Tak Sehat, Mudah Lelah, Sulit Tidur, hingga Kulit Gatal dan Kaki Bengkak
Sleepwalking telah dikaitkan dengan penyakit yang menyebabkan demam, terutama pada anak-anak.
Demam juga dapat menyebabkan gangguan tidur di mana anak akan berteriak, meronta-ronta, atau mencoba melarikan diri dari hal-hal menakutkan yang dirasakan saat tidur.
Tidur berjalan juga bisa disebabkan oleh sleep apnea obstruktif, yakni gangguan pernapasan yang menyebabkan Anda berhenti bernapas untuk waktu yang singkat saat Anda tidur.
Sleep apnea yang parah dapat menyebabkan kelelahan di siang hari, tekanan darah tinggi, stroke, dan penyakit jantung.
Jika Anda menderita sleep apnea obstruktif yang parah, kemungkinan Anda berjalan dalam tidur lebih tinggi daripada orang dengan sleep apnea ringan.
Ada juga laporan tentang sleepwalking di antara anak-anak yang menderita asma.
Asma dapat menyebabkan kurang tidur, dan obatnya montelukast bisa memicu sleepwalking pada beberapa anak.
Baca juga: Ramai soal Tidur Sesudah Waktu Subuh dan Ashar Memicu Mimpi Buruk, Ini Penjelasan Ahli
Bagi banyak orang, gejalanya lebih buruk di malam hari.
Orang dengan GERD dan gangguan lambung lainnya lebih rentan terhadap berbagai jenis gangguan tidur, termasuk tidur sambil berjalan.
Karena GERD mengganggu tidur, hal itu dapat menyebabkan kelelahan jangka panjang, yang juga membuat Anda lebih rentan terhadap gangguan tidur sleepwalking.
Baca juga: Alami GERD, Hindari Daftar 5 Makanan Berikut
Penyakit parkinson merupakan kondisi saraf yang bisa memengaruhi kemampuan tubuh untuk bergerak.