Sementara itu, dilansir dari Kompas.com, Selasa (6/12/2022), gerakan membungkuk yang dilakukan oleh pelatih Jepang itu disebut "ojigi".
Kebiasaan itu dilakukan masyarakat Jepang sejak abad ke-10 sebelum Masehi.
Menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud), ojigi merupakan salah satu budaya salam (aisatsu) di Jepang.
Gerakan ini adalah sebuah ungkapan patuh atau tidak menentang.
Baca juga: Suporter Sering Berulah, Ada Apa dengan Sepak Bola Kita?
Ojigi juga bisa dimaknai untuk menghindari tatapan dan memilih menundukkan bagian tubuh yang paling penting, yaitu kepala.
Biasanya disampaikan kepada seseorang yang menunjukkan bahwa ia tidak memiliki rasa permusuhan.
Dari sinilah ojigi dimaknai sebagai ungkapan rasa saling menghormati dan menghapus dinding permusuhan.
Namun, budaya ojigi ini mengalami perubahan makna seiring berkembangnya zaman.
Lebih lengkap soal ojigi dapat disimak di sini.
Baca juga: Sederet Tragedi Suporter Sepak Bola di Indonesia