Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ren Muhammad

Pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pada tiga matra kerja: pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas. Selain membidani kelahiran buku-buku, juga turut membesut Yayasan Pendidikan Islam Terpadu al-Amin di Pelabuhan Ratu, sebagai Direktur Eksekutif.

Indonesia, Negeri Muskil di Jantung Peradaban Dunia

Kompas.com - 06/12/2022, 10:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kita baru membahas perkara gempa dan gunung meletus. Belum menyoal banjir bandang yang mulai sering terjadi, longsor, tanah bergerak (likuifaksi), dan tsunami. Dalam sejarah manusia modern, Aceh telah menjadi saksi bagaimana Samudera Hindia meluluh lantak urat nadi kehidupan manusia.

Intinya, bangsa Indonesia telah hidup berdampingan dengan pola kerja alam sejak dulu kala. Baik yang berskala lokal, maupun yang berdampak secara global dan turut mengubah alur sejarah—seperti letusan Gunung Toba, Tambora, serta Krakatau.

Kesadaran Kolektif

Dalam buku karangan Jeremy W Hayward, Letters to Vanessa: On Love, Science, and Awareness in an Enchanted World (Surat untuk Vanessa: Tentang Cinta, Sains, dan Kesadaran di Dunia Ajaib), terbitan 2 September 1997, terdapat sebuah kisah tentang fenomena memanggil hujan yang sangat aneh bagi masyarakat Barat.

Sosok pemanggil hujan tersebut adalah seorang kamitua dari salah satu suku Indian penduduk asli Meksiko, Huichol, yang bernama Don José Matsuwa. Kehidupan lelaki yang tilar (meninggal) pada usia 110 tahun ini, sebagian besarnya diselimuti legenda. Terutama berkaitan dengan kemampuannya mendatangkan hujan saat matahari sedang membakar bumi.

Saat menjelaskan proses pemanggilan hujan, ia mengatakan waktu itu mereka harus melakukan sebuah ritual pemberkatan. Sepanjang ritual tersebut, ia terus berdoa dengan sepenuh hati serta memancarkan cinta dan welas asih ke lima penjuru mata angin (Timur, Barat, Utara, Selatan, dan Tengah), lalu menyelaraskan kembali dirinya dengan lingkungan agar kembali seimbang.

Tak lama kemudian awan kelabu pun mulai berkumpul dan dalam beberapa jam kemudian, hujan lebat pun turun.

Masih di buku yang sama, Jeremy juga menukil ritual meminta hujan yang berasal dari dunia Timur. Kisah tersebut diceritakan oleh ahli sinologi yang berasal dari Jerman, Richard Wilhem kepada pakar psikologi terkenal yaitu Carl Gustav Jung—pada awal abad-21.

Richard pernah menetap di Tiongkok selama dua dasawarsa. Selama itulah ia kerap bepergian ke seluruh pelosok Negeri Tirai Bambu.

Suatu ketika ia tiba di sebuah desa, di Provinsi Shandong. Di sana sedang dilanda kekeringan parah dan telah menelan banyak korban jiwa. Penduduk desa mencari berbagai cara lalu mereka berhasil memohon seorang kakek tua bijak bestari di sebuah gunung, untuk meminta hujan bagi desa mereka.

Richard melihat sosok kakek itu, yang berjenggot abu-abu. Masyarakat menandu sang kakek menuju ke sebuah gubuk kayu di luar desa, lalu meninggalkannya di sana. Setelah itu tak seorang pun mengusiknya. Mereka juga tidak tahu apa yang dilakukannya dalam gubuk itu. Tiga hari kemudian, hujan pun turun sesuai harapan, bahkan pada saat yang sama, turun pula salju tipis.

Melihat pemandangan seperti itu, Richard merasa sangat terkejut. Seumur hidupnya, baru kali itulah ia melihat orang yang dapat memanggil hujan di tengah kekeringan yang luar biasa menyiksa. Maka ia pun pergi ke gubuk itu untuk menjumpai orang tua tersebut.

Namun ketika Richard bertanya soal hujan, orang tua itu malah berkata, “Aku tidak pernah memanggil hujan. Terjadinya kekeringan adalah karena tanah ini dan orang-orang di atasnya sudah tidak berada dalam Tao.”

Bagi peradaban Tiongkok, Tao adalah kebenaran dari seluruh jagat raya. Oleh karena itu, Tao boleh juga dikatakan aturan universal.

Pada saat sang kakek baru tiba di desa itu, dirinya pun terpengaruh oleh para penduduk. Pikirannya mulai ikut menjadi kacau-balau. Maka ia membutuhkan waktu tiga hari untuk membuat dirinya pulih normal kembali.

Sambil menyungging senyum pada Richard, Kakek tersebut pun berkata lagi, “Kemudian dengan sendirinya, hujan pun turun.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

Tren
Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com