Bagi Richard, perkataan kakek tua itu terkesan samar, tapi alam dengan sangat mudah memahaminya. Inilah yang disebut dengan istilah, ‘langit dan manusia menyatu dalam pemikiran Tiongkok. Manusia dan alam adalah satu kesatuan yang utuh.
Maka dari anekdot itu, mari kita coba menyelesaikan akar permasalahan lingkungan dan alam, yang sebenarnya bersumber pada membenahi diri sendiri. Pemikiran seperti ini juga digali dengan sangat baik dalam berbagai kebudayaan lain oleh para ahli alkimia di dunia Islam awal dan Barat abad pertengahan, yang mengatakan aturan segala materi di langit dan Bumi terletak pada tubuh manusia.
Di Indonesia hingga hari ini, masyarakat penghayat kebudayaan luhur sangat meyakini pesan berikut: jangan biarkan amarah pada dirimu terlontar keluar, karena tubuh manusia adalah miniatur dari langit dan bumi.
Jika Anda menjaga tubuh dengan baik, itu berarti Anda telah menjaga keselarasan langit dan bumi. Inilah yang kemudian disebut sebagai Manusia Kosmik.
Dengan kata lain, alam sebenarnya tak mengenal kata bencana, apalagi disebut murka. Malah sebaliknya, alam begitu penyayang pada sesamanya. Seluruh gerak-geriknya hanya upaya menyeimbangkan diri demi kepentingan semua makhluk hidup yang bergantung padanya.
Secara logika, jika memang alam mulai tak seimbang, bukankah yang bisa menyeimbangkan adalah dirinya semata?
Sebagai ibu dari peradaban manusia, alam raya ini harus kita akrabi dan sayangi, sehingga manusia pun diperlakukan dengan cara yang sama oleh alam. Namun kalau manusia sudah angkuh menentang alam, maka alam tetap bekerja dengan caranya sendiri. Di situlah letak perbedaan manusia tercerahkan dengan orang yang belum mawas diri.
Dalam dunia orang yang belum tercerahkan, ia merasa waktu di dunia selamanya tidak berubah. Bagi manusia tercerahkan, segalanya fana, tidak bisa diucapkan, tak boleh diucapkan, tak perlu diucapkan. Kehidupan manusia tercerahkan, sudah melampaui fakta hidup orang biasa.
Manusia tercerahkan, hidup dalam kenyataan dan menyempurnakan, namun bukan berarti tiada kekurangan. Sempurna itu saling melengkapi antara: kekurangan-kelebihan, benar-salah, kejahatan-kebaikan, ya dan tidak, semua satu lagi menyatu.
Serupawan apa pun seseorang, dia kan tetap sama. Bagaikan bunga, seindah apa pun tetap tak bisa dipisahkan dari tanah. Begitulah kesempurnaan. Tidak kotor, juga tidak bersih.
Manusia paripurna takkan mengomel, mengeluh, memiliki keinginan, tidak melekat pada apa dan siapa saja, karena hatinya tenang lagi tenteram. Ia hanya melakukan yang seharusnya dilakukan walau dalam situasi sulit. Inilah kebijaksanaan membina diri mengikuti Kehendak Langit.
Kita perlu menumbuhkan kesadaran kolektif sebagaimana kami terangkan di atas, agar kita tak mudah tercerabut dari akar kebudayaan sendiri selaku anak kandung Negeri Bahari: tanah keramat yang menjadi saksi tumbuh kembang ragam kebudayaan, ribuan bahasa, puluhan aksara, kecanggihan metalurgi, serta kedalaman dan keluhuran pencapaian derajat kemanusiaan.
Cinta, welas asih, keseimbangan jiwa-raga, dan kesadaran manunggaling sejati, kini seperti harta karun peradaban bangsa Nusantara yang tak lagi menarik untuk ditemukan. Laksana api dalam kayu. Ada tapi tak diketahui, begitulah. Jikalau kita tak segera memutar haluan dari sekarang, niscaya jurang kehancuran sedang menanti di hadapan kita.
Pada abad-14 M di Wilwatikta, Mpu Prapanca dalam geguritan Nirarthaprakreta pupuh enam baris kedua, menulis, “Ri henenikanan ambek tibralit mahenin aho. Lenit aticaya syunya jnyananasyraya wekasan. Swayen umibeki tan ring rat mwan deha tuduhana. Ri panawakina san hyan tatwadhyatmika katemu".
(Manakala batin telah hening, menjadi sangat halus, sangat suci dan cemerlang, maka hilanglah segala personalitasnya dan menjadi kosong belaka. Alhasil kesadaran sejati timbul, serta-merta meliputi seantero dunia. Pada waktu Sang Hyang Tatwa (Kenyataan/Kesadaran Paripurna) menyatu dengan seseorang, maka bertemulah dia dengan Ruh Tertinggi (Adyatmika = Paramatma).
Hong. Hurip hayu hayom hayêm hèstu. Memayu hayuning diri. Memayu hayuning sesami. Memayu hayuning bawono. Memayu asah asih kinasih. Rahayu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.