Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Proses Terjadinya Gempa Tektonik?

Kompas.com - 02/07/2022, 13:00 WIB
Silmi Nurul Utami

Penulis

KOMPAS.com – Ada beberapa jenis gempa, salah satu yang paling sering terjadi di Indonesia adalah gempa tektonik. Bagaimana gempa tektonik bisa terjadi? Berikut adalah proses terjadinya gempa tektonik!

Lempeng tektonik yang bergerak mendekat

Permukaan bumi terbentuk dari lempeng-lempeng tektonik yang bergerak. Dilansir dari National Geographic, rata-rata pergerakan lempeng tektonik adalah tiga hingga lima sentimeter per tahunnya.

Dengan kecepatan tersebut, lempeng tektonik ada yang saling menjauhi namun ada juga yang saling mendekati dan menghasilkan tegangan.

Terbentuknya gempa tektonik dimulai oleh dua lempeng tektonik atau lebih yang saling mendekati atau saling bergesekan.

Baca juga: Teori Lempeng Tektonik

Terjadinya rekahan batuan lempeng tektonik

Dilansir dari Encyclopedia Britannica, massa batuan yang terakumulasi ke titik di mana tegangan yang dihasilkan melebihi kekuatan batuan, akan menghasilkan rekahan.

Rekahan adalah peristiwa patahnya batuan akibat tegangan lempeng yang bertabrakan atau bergesekan.

Terbentuknya gelombang seismik dan gempa tektonik

Dilansir dari U.S. Geological Survey, rekahan tersebut melepaskan energi dalam bentuk gelombang yang merambat melalui kerak bumi.

Getaran yang merambat itulah yang dikenal sebagai gelombang seismik. Gelombang seismik kemudian merambat dengan cepat dari pusat rekahan ke berbagai arah dalam bentuk gelombang mekanik (bisa transversal ataupun longitudinal).

Baca juga: Gerak Konvergen Lempeng: Pengertian dan Jenis Pergerakannya

Gelombang seismik mentransfer energi mekanik dari pusat gempa tektonik, menjalar ke daerah lain. Energi mekanik berupa getaran inilah yang kita rasakan sebagai gempa tektonik. 

Hal tersebut mengakibatkan makin jauh tempat seseorang dari pusat gempa, maka makin lemah juga gempa tektonik yang dirasakannya.

Karena, gelombang seismik kehilangan energinya sesuai dengan jarak tempuhnya.

Diperkirakan, gelombang seismik dalam bentuk gelombang longitudinal (gelombang P) merambat lebih cepat daripada gelombang seismik dalam bentuk gelombang transversal (gelombang S).  

Baca juga: Mengapa di Indonesia Sering Terjadi Gempa?

Hal tersebut membuat gelombang P sampai lebih dahulu di suatu tempat dan menghasilkan gempa. Lalu kemusian, gelombang S menyusul sampai di tempat tersebut dan mengakibatkan gempa susulan.

Inilah mengapa setelah terjadi gempa tektonik kerap terjadi gempa lainnya pada selang waktu tertentu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com