Pasalnya, saat itu aksi kekerasan dan perkelahian antar kelompok pemuda di gang-gang Malang semakin sering terjadi.
Salah satu langkah awal Acub Zaenal, mengundang beberapa klub asing untuk bertandang di Malang. Ternyata, Stadion Gajayana ramai dengan pemuda yang ingin mendukung Arema.
Dari sanalah Aremania, suporter Arema FC, terbentuk hingga saat ini.
Baca juga: Link Live Streaming Kondisi Pascakerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang
Semakin berkembang, kedua suporter dari tim sepak bola yang letaknya berdekatan secara geografis ini sering bergesekan.
Masih dari sumber yang sama, konflik Bonek dan Aremania bermula saat konser grup band musik Kantata Takwa di Tambaksari, Surabaya, pada 1990.
Sekitar 30 menit pertama sejak konser dimulai, jajaran depan dekat panggung diisi oleh penonton dari Malang.
Mereka menyorakkan kata Arema berulang kali, hingga penonton dari Surabaya harus menyingkir.
Namun tak lama, pemuda Surabaya kembali dengan membawa rombongan lebih banyak dan berusaha memukul mundur pemuda Malang dari Tambaksari.
Di luar stadion, tawuran pun tak terelakkan dan terus berlanjut hingga Stasiun Gubeng.
Baca juga: 127 Tewas, Laga Arema FC Vs Persebaya Jadi Salah Satu Pertandingan Paling Mematikan dalam Sejarah
Pada Juni 1992, tawuran serupa kembali terjadi saat konser Sepultura di Tambaksari.
Saat itu, arek Surabaya sudah siap menguasai bagian depan panggung dari awal.
Mereka bahkan sudah menghadang arek Malang sejak masuk wilayah Tambaksari. Tak lama, tawuran pun kembali terjadi.
Selain itu, kecemburuan suporter Malang pada pemberitaan media di Jawa Timur turut menjadi pemantik rivalitas Aremania dan Bonek.
Saat itu, sangat sedikit pemberitaan terkait Arema yang menang dalam pertandingan.
Sementara pemberitaan seputar Persebaya, amat banyak dan hampir selalu menjadi headline meski klub yang didukung Bonek ini hanya melakukan latihan rutin.
Baca juga: Kronologi Kericuhan di Stadion Kanjuruhan Usai Laga Arema Vs Persebaya