Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sederet Kericuhan yang Pernah Mewarnai Arema dan Persebaya

Kompas.com - 02/10/2022, 10:25 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kericuhan di laga sepak bola Indonesia kembali terjadi, kali ini berimbas pada melayangnya ratusan nyawa.

Kerusuhan terjadi usai pertandingan Arema FC vs Persebaya pada Sabtu (1/10/2022) malam di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Dilansir dari pemberitaan Kompas.com (2/10/2022), kekalahan tuan rumah dengan skor 2-3 memantik emosi para suporter Arema hingga mereka terjun ke lapangan.

Alhasil, para pemain pun berlari menuju ruang ganti usai wasit meniup peluit tanda pertandingan berakhir.

Akibat kericuhan ini, Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta mengungkapkan, setidaknya ada 127 orang meninggal.

"Dalam kejadian tersebut telah meninggal 127 orang, dua di antaranya anggota Polri," kata dia dalam konferensi pers di Malang, dilansir dari Kompas.com, Minggu (2/10/2022).

Kericuhan di laga Arema FC dan Persebaya bukan kali ini terjadi. Kedua pendukung klub sepak bola asal Jawa Timur tersebut merupakan rivalitas sejak lama.

Lantas, bagaimana awal mula rivalitas keduanya?

Baca juga: Tagar Kanjuruhan Trending di Twitter, Apa yang Terjadi?

Terbentuknya Aremania dan Bonek

Bonek, sebutan bagi suporter Persebaya Surabaya, merupakan akronim dari bondho nekat atau modal nekat.

Dikutip dari Kompas.com (11/4/2021), penyebutan Bonek bermula dari kompetisi perserikatan musim 1987-1988.

Kala itu, Persebaya lolos ke final dan akan melawan Persija Jakarta di Stadion Utama Gelora Bung Karno (dulu bernama Stadion Senayan), Jakarta.

Bukan hal biasa bagi suporter saat itu untuk mendukung perjuangan tim dengan datang langsung ke stadion yang berada di kota lain.

Untuk itu, Bonek disebut sebagai pendukung yang memulai tradisi mendukung di kandang lawan.

Di sisi lain, kelahiran Aremania tidak lepas dari lahirnya Arema 86 pada 1986, yang didirikan oleh Jenderal (Purn) Acub Zaenal.

Disitat dari Jurnal LP3I Bandung (2015), Acub Zaenal berinsiatif menyalurkan energi pemuda-pemuda Malang ke Stadion Gajayana.

Pasalnya, saat itu aksi kekerasan dan perkelahian antar kelompok pemuda di gang-gang Malang semakin sering terjadi.

Salah satu langkah awal Acub Zaenal, mengundang beberapa klub asing untuk bertandang di Malang. Ternyata, Stadion Gajayana ramai dengan pemuda yang ingin mendukung Arema.

Dari sanalah Aremania, suporter Arema FC, terbentuk hingga saat ini.

Baca juga: Link Live Streaming Kondisi Pascakerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang

Awal mula rivalitas Bonek vs Aremania

Semakin berkembang, kedua suporter dari tim sepak bola yang letaknya berdekatan secara geografis ini sering bergesekan.

Masih dari sumber yang sama, konflik Bonek dan Aremania bermula saat konser grup band musik Kantata Takwa di Tambaksari, Surabaya, pada 1990.

Sekitar 30 menit pertama sejak konser dimulai, jajaran depan dekat panggung diisi oleh penonton dari Malang.

Mereka menyorakkan kata Arema berulang kali, hingga penonton dari Surabaya harus menyingkir.

Namun tak lama, pemuda Surabaya kembali dengan membawa rombongan lebih banyak dan berusaha memukul mundur pemuda Malang dari Tambaksari.

Di luar stadion, tawuran pun tak terelakkan dan terus berlanjut hingga Stasiun Gubeng.

Baca juga: 127 Tewas, Laga Arema FC Vs Persebaya Jadi Salah Satu Pertandingan Paling Mematikan dalam Sejarah

Pada Juni 1992, tawuran serupa kembali terjadi saat konser Sepultura di Tambaksari.

Saat itu, arek Surabaya sudah siap menguasai bagian depan panggung dari awal.

Mereka bahkan sudah menghadang arek Malang sejak masuk wilayah Tambaksari. Tak lama, tawuran pun kembali terjadi.

Selain itu, kecemburuan suporter Malang pada pemberitaan media di Jawa Timur turut menjadi pemantik rivalitas Aremania dan Bonek.

Saat itu, sangat sedikit pemberitaan terkait Arema yang menang dalam pertandingan.

Sementara pemberitaan seputar Persebaya, amat banyak dan hampir selalu menjadi headline meski klub yang didukung Bonek ini hanya melakukan latihan rutin.

Baca juga: Kronologi Kericuhan di Stadion Kanjuruhan Usai Laga Arema Vs Persebaya

Jejak kericuhan Bonek dan Aremania

Diberitakan Kompas.com (9/3/2013), aksi kericuhan Bonek dan Aremania juga pernah terjadi di Tol Simo pada 2013.

Aksi diawali dengan kedatangan Aremania ke Gresik untuk menonton laga Arema melawan tuan rumah, Persegres.

Konvoi 17 bus yang ditumpangi ribuan Aremania dilempari batu oleh mereka yang mengenakan atribut Bonek saat melintas di ruas jalan Tol Surabaya-Gresik.

Aksi pelemparan ini tidak berujung bentrok. Namun, saat di Gresik, Erik Setiawan (17), suporter beratribut Bonek, dipukuli massa di dalam Stadion Tridarma, Gresik, dan akhirnya tewas.

Saat pertandingan usai, ratusan Bonek berkumpul di Jalan Tol Simo, menunggu Aremania melintas. Bonek juga melakukan penyisiran terhadap mobil berpelat nomor N asal Malang.

Adapun pengakuan Ketua Yayasan Suporter Persebaya Imron, kerusuhan di Tol Simo dipicu aksi pemukulan Bonek di Gresik dan dendam terhadap Aremania.

Baca juga: Tragedi di Kanjuruhan Arema Tewaskan 127 Orang, Polisi: Seandainya Suporter Mematuhi Aturan

Maju ke Februari 2020, konflik antara dua suporter ini kembali terjadi menjelang laga pertandingan semi final Piala Gubernur antara Persebaya melawan Arema, di Stadion Supriyadi, Blitar, Jawa Timur.

Dilansir dari Kompas.com (18/2/2020), kedua massa telah bergerak ke Blitar sejak pagi. Semakin sore, jumlah massa kian meningkat.

Kedua suporter kemudian bertemu di sekitar pasar hewan, Kelurahan Kauman, Kecamatan Kepanjen Kidul, hingga akhirnya bentrok.

Sejumlah kendaraan pun tak luput dari aksi bentrok, mulai dari kaca dihantam batu dan kayu, hingga dibakar massa.

Baca juga: Media Asing Soroti Tragedi Kanjuruhan Malang yang Menewaskan 127 Orang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com