Perlu diketahui jika saat ini cakupan vaksinasi di banyak negara sudah lebih baik dibandingkan pada waktu varian Delta mewabah.
"Artinya, subvarian yang hadir ini memiliki kemampuan dalam menyiasati atau escape dari imunitas, menurunkan efikasi antibodi, bahkan menurunkan efikasi treatment," ucap Dicky.
Baca juga: Syarat Terbaru Naik Kereta Api Mulai 17 Juli 2022, Apa Saja?
Menurut dia, Omicron Centaurus akan menjadi berbahaya jika terus dibiarkan merajalela dengan leluasa.
Perilaku tersebut dikarenakan sudah banyak masyarakat yang mengabaikan protokol kesehatan, tidak mau divaksin dan tidak taat 5M.
"Akhirnya virus ini mudah leluasa bermutasi, menjadi berevolusi menjadi lebih pintar dan merugikan kita," jelas Dicky.
Baca juga: Benarkah Indonesia Sudah Endemi Covid-19 secara De Facto?
Dicky menambahkan, pada saat varian Delta mewabah, efektivitas vaksinasi dosis kedua berada di angka 80 persen.
Namun pada saat beberapa subvarian Omicron baru mewabah, efektivitas vaksinasi dosis kedua telah menurun hingga di bawah angka 50 persen.
"Tiga dosis pun sekarang terancam menurun lagi. Ini efektivitasnya dalam memberikan proteksi terinfeksi ataupun menularkan itu semakin menurun," kata dia.
Menurut Dicky, karena efektifitas vaksinasi yang menurun membuat banyak orang tidak mau kembali divaksin.
"Meskipun efektivitas dalam infeksi mengalami penurunan, namun vaksinasi terutama booster terbukti efektif mencegah keparahan dan kematian akibat subvarian baru," imbuhnya.
Oleh karena itu, Dicky mengingatkan pentingnya mendapatkan dosis keempat bagi kelompok rawan dan bagi pelayanan publik.
Baca juga: Apakah Vaksin Dosis Keempat Lebih Efektif Melindungi dari Covid-19?