Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terdeteksi di Indonesia, Apakah Omicron Centaurus Lebih Berbahaya?

Kompas.com - 19/07/2022, 16:05 WIB
Taufieq Renaldi Arfiansyah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengonfirmasi subvarian Omicron BA.2.75 atau Omicron Centaurus telah masuk ke Indonesia.

Menteri Kesehatan Budi Gunawan Sadikin menjelaskan, ditemukan tiga orang pasien di dua tempat berbeda yang terinfeksi Omicron Centaurus.

"Ini juga sudah mulai masuk ke Indonesia. Satu ada di Bali karena kedatangan luar negeri. Dua ada di Jakarta. Kemungkinan besar merupakan transmisi lokal," kata Budi dikutip dari laman YouTube Sekretariat Kabinet RI, Senin (18/7/2022).

Saat ini, Kemenkes sedang mencari sumber asal Omicron Centaurus dapat masuk ke Indonesia.

Perlu diketaui, jika Omicron Centaurus pertama kali teridentifikasi di India dan kini telah menyebar ke berbagai negara.

Baca juga: Ketahui, Ini Efek Samping Vaksin Covid-19 Booster

Lantas, apa perbedaan Omicron Centaurus dengan varian lama dan berbahayakah?

Mengenal Omicron Centaurus

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengungkapkan jika subvarian Omicron BA.2.75 atau Omicron Centaurus dapat cepat menyebar di dunia.

Hal tersebut dikarenakan negara-negara di dunia telah melakukan pelonggaran, peningkatan mobilitas masyarakat tinggi dan minimnya testing dan tracking.

"Ini yang membuat wajar bila subvarian atau varian yang ada cepat. Ini kan ditemukan Mei di India, saat ini sudah di puluhan negara," kata Dicky kepada Kompas.com, Selasa (19/7/2022).

Baca juga: Kasus Infeksi Covid-19 Melonjak, Pemerintah: Masih Terkendali

Polisi dengan alat pelindung memandu warga yang mengantre untuk tes Covid-19 di distrik Jingan di Shanghai barat, China, Jumat, 1 April 2022. Sub varian baru Covid Omicron BA.5.2.1 ditemukan di kota Shanghai pada Jumat (8/7/2022).AP PHOTO/CHEN SI Polisi dengan alat pelindung memandu warga yang mengantre untuk tes Covid-19 di distrik Jingan di Shanghai barat, China, Jumat, 1 April 2022. Sub varian baru Covid Omicron BA.5.2.1 ditemukan di kota Shanghai pada Jumat (8/7/2022).

Dicky menyebut jika kehadiran subvarian Omicron Centaurus ini jelas menjadi ancaman, khususnya bagi kelompok rawan seperti lansia dan penderita komorbid.

Selain itu juga bagi masyarakat yang telah mengalami penurunan imunitas karena belum melakukan vaksinasi booster dan faktor lainnya.

"Kenapa ini kelihatan kuat? Karena BA.2.75 memiliki kemampuan infeksi yang lebih cepat, menular lebih cepat, pertumbuhan yang lebih cepat dibanding BA.5 yang sudah di atas yang lainnya," katanya lagi.

Bahkan ketika ditemukan pertama kali di India, subvarian Omicron Centaurus hanya perlu waktu sekitar satu bulan untuk mendominasi kasus infeksi Covid-19 di negara itu.

Baca juga: Apakah Mutasi Virus Corona Memicu Terjadinya Hepatitis Akut Misterius?

Beda Omicron Centaurus dengan varian lama

Dicky mengatakan bahwa beberapa subvarian baru termasuk Omicron Centaurus memiliki kemampuan yang jauh lebih kuat dari varian Delta.

Hal ini terkait dengan kemampuannya dalam melakukan infeksi dan mereinfeksi atau menginfeksi kembali penyitas Covid-19.

Perlu diketahui jika saat ini cakupan vaksinasi di banyak negara sudah lebih baik dibandingkan pada waktu varian Delta mewabah.

"Artinya, subvarian yang hadir ini memiliki kemampuan dalam menyiasati atau escape dari imunitas, menurunkan efikasi antibodi, bahkan menurunkan efikasi treatment," ucap Dicky.

Baca juga: Syarat Terbaru Naik Kereta Api Mulai 17 Juli 2022, Apa Saja?

Ilustrasi Covid-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5Shutterstock/Mau47 Ilustrasi Covid-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5

Menurut dia, Omicron Centaurus akan menjadi berbahaya jika terus dibiarkan merajalela dengan leluasa.

Perilaku tersebut dikarenakan sudah banyak masyarakat yang mengabaikan protokol kesehatan, tidak mau divaksin dan tidak taat 5M.

"Akhirnya virus ini mudah leluasa bermutasi, menjadi berevolusi menjadi lebih pintar dan merugikan kita," jelas Dicky.

Baca juga: Benarkah Indonesia Sudah Endemi Covid-19 secara De Facto?

Penurunan imunitas vaksin

Dicky menambahkan, pada saat varian Delta mewabah, efektivitas vaksinasi dosis kedua berada di angka 80 persen.

Namun pada saat beberapa subvarian Omicron baru mewabah, efektivitas vaksinasi dosis kedua telah menurun hingga di bawah angka 50 persen.

"Tiga dosis pun sekarang terancam menurun lagi. Ini efektivitasnya dalam memberikan proteksi terinfeksi ataupun menularkan itu semakin menurun," kata dia.

Menurut Dicky, karena efektifitas vaksinasi yang menurun membuat banyak orang tidak mau kembali divaksin.

"Meskipun efektivitas dalam infeksi mengalami penurunan, namun vaksinasi terutama booster terbukti efektif mencegah keparahan dan kematian akibat subvarian baru," imbuhnya.

Oleh karena itu, Dicky mengingatkan pentingnya mendapatkan dosis keempat bagi kelompok rawan dan bagi pelayanan publik.

Baca juga: Apakah Vaksin Dosis Keempat Lebih Efektif Melindungi dari Covid-19?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Perkembangan Vaksin Merah Putih Biotis-Airlangga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Memahami Gugatan PDI-P atas KPU ke PTUN, Bisa Pengaruhi Hasil Pemilu 2024?

Memahami Gugatan PDI-P atas KPU ke PTUN, Bisa Pengaruhi Hasil Pemilu 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Sebagian Kota Besar di China Terancam Tenggelam pada 2120

Penelitian Ungkap Sebagian Kota Besar di China Terancam Tenggelam pada 2120

Tren
LINK Live Streaming Penetapan Prabowo-Gibran Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Mulai Pukul 10.00 WIB

LINK Live Streaming Penetapan Prabowo-Gibran Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Mulai Pukul 10.00 WIB

Tren
Ramai soal Lowker untuk Lansia, Praktisi Apresiasi sebagai Pemberdayaan Strategis dan Inklusif

Ramai soal Lowker untuk Lansia, Praktisi Apresiasi sebagai Pemberdayaan Strategis dan Inklusif

Tren
Profil Mooryati Soedibyo, Pendiri Mustika Ratu yang Meninggal di Usia 96 Tahun

Profil Mooryati Soedibyo, Pendiri Mustika Ratu yang Meninggal di Usia 96 Tahun

Tren
Benarkah Rupiah Melemah Bisa Menyebabkan Inflasi di Indonesia? Ini Kata Pakar

Benarkah Rupiah Melemah Bisa Menyebabkan Inflasi di Indonesia? Ini Kata Pakar

Tren
Daftar Sementara Atlet Indonesia yang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Sudah 17 Orang

Daftar Sementara Atlet Indonesia yang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Sudah 17 Orang

Tren
Duduk Perkara TikToker Galihloss Ditangkap Polisi

Duduk Perkara TikToker Galihloss Ditangkap Polisi

Tren
TPA Terbesar di India Kebakaran Selama 24 Jam, Keluarkan Asap Beracun

TPA Terbesar di India Kebakaran Selama 24 Jam, Keluarkan Asap Beracun

Tren
5 Efek Samping Menahan Buang Air Kecil Terlalu Lama

5 Efek Samping Menahan Buang Air Kecil Terlalu Lama

Tren
Sup di Jepang Berumur 79 Tahun Tetap Nikmat dan Aman Dimakan, Apa Rahasianya?

Sup di Jepang Berumur 79 Tahun Tetap Nikmat dan Aman Dimakan, Apa Rahasianya?

Tren
5 Pilihan Ikan Lokal Tinggi Omega 3, Makan Minimal 2 Porsi Seminggu

5 Pilihan Ikan Lokal Tinggi Omega 3, Makan Minimal 2 Porsi Seminggu

Tren
Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 April 2024

Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Musim Kemarau Diprediksi Mundur Mei | Prakiraan Cuaca BMKG 23-24 April

[POPULER TREN] Musim Kemarau Diprediksi Mundur Mei | Prakiraan Cuaca BMKG 23-24 April

Tren
Magnum Indonesia Pastikan Produk Es Krimnya Aman Dikonsumsi

Magnum Indonesia Pastikan Produk Es Krimnya Aman Dikonsumsi

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com