Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Beberkan Dugaan Awal Penyebab Abrasi Air Laut di Minahasa Selatan

Kompas.com - 18/06/2022, 19:15 WIB
Alinda Hardiantoro,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengungkapkan dugaan awal penyebab abrasi air laut yang terjadi di Minahasa Selatan, tepatnya di kompleks Tugu I'am Amurang, Sulawesi Utara pada Rabu (15/6/2022) pukul 14.20 WITA.

Menurut Kepala Pusat Meteorologi Maritim Eko Prasetyo, pihaknya menduga abrasi air laut itu terjadi lantaran adanya penurunan tanah di wilayah tersebut.

"(Dugaan ini) belum menjadi kesimpulan, bisa jadi itu adalah penurunan tanah karena proses intrusi air laut yang masuk ke daratan," ujarnya, saat dihubungi oleh Kompas.com (17/6/2022).

Kendati demikian, Eko memastikan bahwa bencana abrasi air laut ini tidak berkaitan langsung dengan fenomena Supermoon yang terjadi pada Selasa (14/6/2022) lalu.

"Ini sebenarnya tidak terkait langsung dengan fenomena Supermoon karena itu adalah suatu proses yang terakumulasi oleh satu kejadian sebelumnya," jelasnya.

Berdasarkan analisis sementara dari BMKG, saat abrasi terjadi kondisi cuaca di daerah tersebut tampak baik dan tidak sedang hujan deras. Bahkan, Eko mengatakan bahwa tidak ada terjangan gelombang pasang.

"Pasang surut (air laut) juga masih dalam fluktuasi, tidak ada rob atau tidak ada banjir pesisir," imbuhnya.

Sebelumnya, pihak BMKG memberikan peringatan dini bagi wilayah yang berpotensi terjadi banjir rob. Namun, daerah Minahasa Selatan tidak termasuk ke dalam wilayah yang terdampak banjir rob.

Baca juga: 5 Fakta Bencana Abrasi Pantai Amurang, Ratusan Warga Mengungsi hingga Penetapan Status Tanggap Darurat

BMKG lakukan peninjauan lokasi

Eko bersama dengan Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, saat ini tengah melakukan peninjauan lokasi abrasi serta mengunjungi posko pengungsi yang telah disiapkan.

Selain melakukan peninjauan, pihak BMKG juga menyebar ratusan peralatan di wilayah Sulawesi Utara.

Salah satu alat yang dipasang adalah Peralatan Pengamatan Cuaca Otomatis (AWS). Alat ini sudah lama beroperasi dan terpasang di halaman depan Kantor Bupati Minahasa Selatan.

"Tim juga sudah membawa beberapa peralatan pengamatan cuaca otomatis yang bersifat portable (PAWS) sehingga bisa dipasang di lokasi yang ditinjau," ujarnya, dikutip dari keterangan resmi yang diterima oleh Kompas.com (18/6/2022).

Selanjutnya, BMKG akan melakukan kajian lanjutan dan memasang Portable Digital Seismometer (PDS) untuk mengukur frekuensi natural atau periode dominan di dekat lokasi Abrasi.

Baca juga: Update Bencana Abrasi di Pantai Amurang: Puluhan Bangunan Terdampak, 269 Jiwa Mengungsi

Pernah terjadi pada 1968

Menurut Eko, bencana abrasi air laut di Minahasa Selatan pernah terjadi pada 1968.

"(Bencana serupa) yang dilaporkan adalah pada tahun 1968. Namun tidak sedahsyat ini, hanya di beberapa titik saja," tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com