Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

BMKG Beberkan Dugaan Awal Penyebab Abrasi Air Laut di Minahasa Selatan

Menurut Kepala Pusat Meteorologi Maritim Eko Prasetyo, pihaknya menduga abrasi air laut itu terjadi lantaran adanya penurunan tanah di wilayah tersebut.

"(Dugaan ini) belum menjadi kesimpulan, bisa jadi itu adalah penurunan tanah karena proses intrusi air laut yang masuk ke daratan," ujarnya, saat dihubungi oleh Kompas.com (17/6/2022).

Kendati demikian, Eko memastikan bahwa bencana abrasi air laut ini tidak berkaitan langsung dengan fenomena Supermoon yang terjadi pada Selasa (14/6/2022) lalu.

"Ini sebenarnya tidak terkait langsung dengan fenomena Supermoon karena itu adalah suatu proses yang terakumulasi oleh satu kejadian sebelumnya," jelasnya.

Berdasarkan analisis sementara dari BMKG, saat abrasi terjadi kondisi cuaca di daerah tersebut tampak baik dan tidak sedang hujan deras. Bahkan, Eko mengatakan bahwa tidak ada terjangan gelombang pasang.

"Pasang surut (air laut) juga masih dalam fluktuasi, tidak ada rob atau tidak ada banjir pesisir," imbuhnya.

Sebelumnya, pihak BMKG memberikan peringatan dini bagi wilayah yang berpotensi terjadi banjir rob. Namun, daerah Minahasa Selatan tidak termasuk ke dalam wilayah yang terdampak banjir rob.

BMKG lakukan peninjauan lokasi

Eko bersama dengan Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, saat ini tengah melakukan peninjauan lokasi abrasi serta mengunjungi posko pengungsi yang telah disiapkan.

Selain melakukan peninjauan, pihak BMKG juga menyebar ratusan peralatan di wilayah Sulawesi Utara.

Salah satu alat yang dipasang adalah Peralatan Pengamatan Cuaca Otomatis (AWS). Alat ini sudah lama beroperasi dan terpasang di halaman depan Kantor Bupati Minahasa Selatan.

"Tim juga sudah membawa beberapa peralatan pengamatan cuaca otomatis yang bersifat portable (PAWS) sehingga bisa dipasang di lokasi yang ditinjau," ujarnya, dikutip dari keterangan resmi yang diterima oleh Kompas.com (18/6/2022).

Selanjutnya, BMKG akan melakukan kajian lanjutan dan memasang Portable Digital Seismometer (PDS) untuk mengukur frekuensi natural atau periode dominan di dekat lokasi Abrasi.

Pernah terjadi pada 1968

Menurut Eko, bencana abrasi air laut di Minahasa Selatan pernah terjadi pada 1968.

"(Bencana serupa) yang dilaporkan adalah pada tahun 1968. Namun tidak sedahsyat ini, hanya di beberapa titik saja," tuturnya.

"Hanya abrasi biasa, tidak meluap-luap seperti sekarang," imbuh Eko.

Sebelumnya, bencana alam abrasi air laut dilaporkan terjadi di kompleks Tugu I'am Amurang, Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), Sulawesi Utara, (15/6/2022).

Puluhan rumah dan bangunan dilaporkan ambles dan hanyut terseret air laut.

Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB per Kamis (16/6/2022) pukul 02.23 WIB, mencatat 31 unit rumah rusak berat dan sejumlah bangunan lainnya juga ikut terdampak.

Bahkan ratusan warga yang terdampak bencana abrasi tersebut terpaksa mengungsi ke posko yang didirikan oleh BPBD Kabupaten Minahasa Selatan dan pemerintah setempat.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/06/18/191500165/bmkg-beberkan-dugaan-awal-penyebab-abrasi-air-laut-di-minahasa-selatan

Terkini Lainnya

9 Tanda Darah Tinggi di Usia 20-an, Bisa Picu Serangan Jantung dan Stroke

9 Tanda Darah Tinggi di Usia 20-an, Bisa Picu Serangan Jantung dan Stroke

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 26-27 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 26-27 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kronologi Jampidsus Kejagung Dibuntuti Densus 88 | Rumput GBK Disorot

[POPULER TREN] Kronologi Jampidsus Kejagung Dibuntuti Densus 88 | Rumput GBK Disorot

Tren
Daftar Lengkap Urutan Film Mad Max, Terbaru Furiosa

Daftar Lengkap Urutan Film Mad Max, Terbaru Furiosa

Tren
Aktif di Malam Hari, Berikut 10 Spesies yang Termasuk Hewan Nokturnal

Aktif di Malam Hari, Berikut 10 Spesies yang Termasuk Hewan Nokturnal

Tren
Kisah Mat Bin Mat Suroh, Bertaruh Nyawa Selamatkan Kereta Api dari Kecelakaan Fatal

Kisah Mat Bin Mat Suroh, Bertaruh Nyawa Selamatkan Kereta Api dari Kecelakaan Fatal

Tren
12 Jenis Kanker yang Paling Sering Menyerang Pria, Apa Saja?

12 Jenis Kanker yang Paling Sering Menyerang Pria, Apa Saja?

Tren
Kisah Pasutri Berangkat Haji Beda Kloter, Bertemu di 'Gerbang Cinta' Masjid Nabawi

Kisah Pasutri Berangkat Haji Beda Kloter, Bertemu di "Gerbang Cinta" Masjid Nabawi

Tren
Jarang Disadari, Ini Efek Samping Vitamin C jika Dikonsumsi Berlebihan

Jarang Disadari, Ini Efek Samping Vitamin C jika Dikonsumsi Berlebihan

Tren
3 Perbedaan People Water's Forum dan World Water Forum, Sama-sama Digelar di Bali Tahun Ini

3 Perbedaan People Water's Forum dan World Water Forum, Sama-sama Digelar di Bali Tahun Ini

Tren
450 Bus Shalawat Siap Antar Jemaah Haji di Mekkah, Ini 22 Rutenya

450 Bus Shalawat Siap Antar Jemaah Haji di Mekkah, Ini 22 Rutenya

Tren
Starlink Resmi Diluncurkan di Indonesia, Pakar Ingatkan Potensi Ancaman Siber

Starlink Resmi Diluncurkan di Indonesia, Pakar Ingatkan Potensi Ancaman Siber

Tren
Tas Berisi Uang Rp 15 Juta Milik Jemaah Haji Indonesia Hilang di Masjid Nabawi, Ditemukan TKW

Tas Berisi Uang Rp 15 Juta Milik Jemaah Haji Indonesia Hilang di Masjid Nabawi, Ditemukan TKW

Tren
Daftar Gangguan Mental yang Ditanggung BPJS Kesehatan, Apa Saja?

Daftar Gangguan Mental yang Ditanggung BPJS Kesehatan, Apa Saja?

Tren
Cara Menulis Teks Miring atau Italic di Chat WhatsApp

Cara Menulis Teks Miring atau Italic di Chat WhatsApp

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke