KOMPAS.com - Ide kreatif merupakan bekal utama yang perlu dimiliki kreator saat membuat konten di media sosial.
Salah satu konten kreatif diunggah oleh @keretaapikita. Konten tersebut memparodikan video yang sempat viral di mana seorang pengunjung kebun binatang ditarik oleh orangutan lantaran terlalu dekat dengan hewan mamalia tersebut.
Namun, @keretaapikita memparodikan video tersebut menjadi konten yang mengandung informasi edukatif bagi pelanggan KAI.
Dalam video tersebut, penumpang terlihat memaksa masuk ketika kereta sudah akan diberangkatkan dalam hitungan beberapa detik saja.
Kemudian penumpang berusaha menerobos gerbang yang telah ditutup oleh petugas dengan menarik salah satu kaki petugas. Adegan tersebut mirip dengan video viral pengunjung kebun binatang dan orang utan tempo hari.
@keretaapikita juga membuat video klarifikasi lengkap seperti yang dilakukan pengunjung kebun binatang. Dalam video parodi itu, KAI memberikan pesan agar penumpang datang lebih awal agar tidak tertinggal kereta.
"Yuk berangkat 1 jam atau maksimal 30 menit sebelum keberangkatan kereta kalian," tulis akun ini.
Video parodi yang kreatif itu mendapat apresiasi dari warganet di media sosial. Hingga Jumat (17/5/2022), video telah ditonton oleh 463.000 pengguna dan disukai oleh 26.341 pengguna Instagram.
Lantas, apakah video parodi efektif untuk menyampaikan informasi?
Baca juga: Video Viral Truk Pengangkut Semen Tertabrak Kereta Api di Bojonegoro, Ini Kata KAI
Guru Besar Komunikasi FISIP Universitas Indonesia Prof. Ibnu Hamad mengatakan video parodi yang dilengkapi dengan narasi seperti halnya yang dilakukan oleh @keretaapikita bisa menjadi media efektif dalam menyampaikan informasi.
"Dengan bantuan narasi, parodi itu efektif. Terutama dari aspek efek dibincangkan oleh khalayak," jelas Prof. Ibnu saat dihubungi oleh Kompas.com, Jumat (17/6/2022).
Kendati demikian Prof. Ibnu menggarisbawahi pesan yang berusaha disampaikan melalui video parodi tersebut.
"Tapi dari efek pesan inti, agar para penumpang KA memperhatikan waktu keberangkatan, terkoreksi oleh aspek etiket komunikasi parodi tersebut," imbuhnya.
Sebab, dalam komunikasi faktor efektivitas berkaitan dengan etika. Apabila komunikasi hanya mengejar efektivitas bisa saja hal itu mengorbankan etika dalam berkomunikasi.
"Kalau hanya efektivitas saja yang dikejar dengan mengorbankan kesantunan sosial bisa kontraproduktif dengan impact atau hasil dari efektivitas komunikasi itu sendiri," jelas Prof. Ibnu.
Baca juga: Penjelasan Polisi soal Video Viral Mobil Goyang di Kompleks Masjid Wonosari Gunungkidul