Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KAI Sampaikan Informasi via Video Parodi, Apakah Cara Ini Efektif?

Kompas.com - 17/06/2022, 15:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ide kreatif merupakan bekal utama yang perlu dimiliki kreator saat membuat konten di media sosial

Salah satu konten kreatif diunggah oleh @keretaapikita. Konten tersebut memparodikan video yang sempat viral di mana seorang pengunjung kebun binatang ditarik oleh orangutan lantaran terlalu dekat dengan hewan mamalia tersebut.

Namun, @keretaapikita memparodikan video tersebut menjadi konten yang mengandung informasi edukatif bagi pelanggan KAI.

Dalam video tersebut, penumpang terlihat memaksa masuk ketika kereta sudah akan diberangkatkan dalam hitungan beberapa detik saja.

Kemudian penumpang berusaha menerobos gerbang yang telah ditutup oleh petugas dengan menarik salah satu kaki petugas. Adegan tersebut mirip dengan video viral pengunjung kebun binatang dan orang utan tempo hari.

@keretaapikita juga membuat video klarifikasi lengkap seperti yang dilakukan pengunjung kebun binatang. Dalam video parodi itu, KAI memberikan pesan agar penumpang datang lebih awal agar tidak tertinggal kereta.

"Yuk berangkat 1 jam atau maksimal 30 menit sebelum keberangkatan kereta kalian," tulis akun ini.

Video parodi yang kreatif itu mendapat apresiasi dari warganet di media sosial. Hingga Jumat (17/5/2022), video telah ditonton oleh 463.000 pengguna dan disukai oleh 26.341 pengguna Instagram.

Lantas, apakah video parodi efektif untuk menyampaikan informasi?

Baca juga: Video Viral Truk Pengangkut Semen Tertabrak Kereta Api di Bojonegoro, Ini Kata KAI

Penjelasan pakar

Guru Besar Komunikasi FISIP Universitas Indonesia Prof. Ibnu Hamad mengatakan video parodi yang dilengkapi dengan narasi seperti halnya yang dilakukan oleh @keretaapikita bisa menjadi media efektif dalam menyampaikan informasi.

"Dengan bantuan narasi, parodi itu efektif. Terutama dari aspek efek dibincangkan oleh khalayak," jelas Prof. Ibnu saat dihubungi oleh Kompas.com, Jumat (17/6/2022).

Kendati demikian Prof. Ibnu menggarisbawahi pesan yang berusaha disampaikan melalui video parodi tersebut.

"Tapi dari efek pesan inti, agar para penumpang KA memperhatikan waktu keberangkatan, terkoreksi oleh aspek etiket komunikasi parodi tersebut," imbuhnya.

Sebab, dalam komunikasi faktor efektivitas berkaitan dengan etika. Apabila komunikasi hanya mengejar efektivitas bisa saja hal itu mengorbankan etika dalam berkomunikasi.

"Kalau hanya efektivitas saja yang dikejar dengan mengorbankan kesantunan sosial bisa kontraproduktif dengan impact atau hasil dari efektivitas komunikasi itu sendiri," jelas Prof. Ibnu.

Baca juga: Penjelasan Polisi soal Video Viral Mobil Goyang di Kompleks Masjid Wonosari Gunungkidul

Starategi video parodi untuk campaign

Terpisah, dosen mata kuliah Advertising UNS Monika Sri Yuliarti mengatakan, fenomena video parodi yang digunakan dalam sebuah campaign memang marak terjadi.

"Ini karena aspek parodi mampu memunculkan kelucuan, dan kelucuan itu menjadi sesuatu yang mudah diingat, sehingga pesannya bisa dengan mudah diterima oleh masyarakat," jelasnya kepada Kompas.com (17/6/2022).

Kemunculan sisi komedi itulah yang membuat proses komunikasi efektif terjadi, yaitu ketika komunikan/penerima pesan menerima pesan sama persis dengan apa yang ingin disampaikan oleh komunikator/pembuat pesan.

Selanjutnya, komunikasi efektif ini berfungsi sebagai media persuasif juga, di mana masyarakat akan mengikuti pesan yang disampaikan dalam video campaign tersebut.

"Tapi memang harus diwaspadai pengemasan parodinya, termasuk pemilihan kejadian atau orang yang akan diparodikan. Ini perlu diperhatikan, karena tingkat penerimaan setiap orang akan sebuah tontonan pasti akan berbeda-beda," imbuhnya.

Riset yang mendalam juga perlu dilakukan ketika ingin membuat konten parodi. Tujuannya untuk menganalisis reaksi yang kemungkinan muncul dari masyarakat.

Baca juga: Jadwal dan Rute KRL Stasiun Matraman yang Diuji Coba Mulai Hari Ini

Video parodi KAI wajar dan positif

Menurut Monika, video parodi yang diunggah oleh @keretaapikita masih dalam batas wajar.

"Dalam konteks video dari akun KAI Indonesia yang memparodikan insiden dengan orangutan sebagai strategi untuk campaign 'datang tepat waktu agar tidak ketinggalan kereta' menurut saya masih dalam batas wajar," jelas Monika.

Hal tersebut terlihat dari penerimaan warganet yang bernada positif, termasuk komentar yang menyebutkan bahwa ini adalah konten yang kreatif.

Dalam membuat parodi campaign layaknya KAI, Monika menggarisbawahi aspek etika dalam memproduksi konten yang diunggah melalui media sosial.

Kreator perlu mempertimbangkan apakah ada pihak tertentu yang akan merasa "tersinggung" atau "keberatan" dengan unggahan tersebut.

"Ini menjadi penting, karena etika juga merupakan salah satu aspek krusial dalam membuat video campaign untuk mengkomunikasikan sebuah pesan kepada masyarakat," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ilmuwan China Ungkap Makanan yang Bisa Menjadi Rahasia Panjang Umur

Ilmuwan China Ungkap Makanan yang Bisa Menjadi Rahasia Panjang Umur

Tren
Catat, Ini Waktu Larangan untuk Minum Kopi dan Dampaknya

Catat, Ini Waktu Larangan untuk Minum Kopi dan Dampaknya

Tren
Mengenal Teori Bumi Berlubang dan Agartha, Inspirasi Serial 'Joko Anwar's Nightmares and Daydreams'

Mengenal Teori Bumi Berlubang dan Agartha, Inspirasi Serial "Joko Anwar's Nightmares and Daydreams"

Tren
Kemenkumham Soroti Kasus Peserta UTBK Tunarungu Dipaksa Copot ABD dan Dicurigai Joki

Kemenkumham Soroti Kasus Peserta UTBK Tunarungu Dipaksa Copot ABD dan Dicurigai Joki

Tren
Siswa SMP Tewas Diduga Dianiaya Polisi di Padang, Saksi Sempat Lihat Korban Ditendang

Siswa SMP Tewas Diduga Dianiaya Polisi di Padang, Saksi Sempat Lihat Korban Ditendang

Tren
Menilik Pegunungan Appalachia, Rumah bagi Cerita Misteri dan Supranatural

Menilik Pegunungan Appalachia, Rumah bagi Cerita Misteri dan Supranatural

Tren
Gangguan di Server Pusat Data Nasional Terjadi Cukup Lama, Apa Penyebabnya?

Gangguan di Server Pusat Data Nasional Terjadi Cukup Lama, Apa Penyebabnya?

Tren
Lowongan Kerja PT KAI untuk SMA: Ini Syarat, Link, dan Cara Daftarnya

Lowongan Kerja PT KAI untuk SMA: Ini Syarat, Link, dan Cara Daftarnya

Tren
Urutan Nonton 7 Episode Joko Anwar's Nightmares and Daydreams

Urutan Nonton 7 Episode Joko Anwar's Nightmares and Daydreams

Tren
Benarkah Mencuci Piring Bisa Bantu Meredakan Stres? Ini Kata Psikolog

Benarkah Mencuci Piring Bisa Bantu Meredakan Stres? Ini Kata Psikolog

Tren
Penjelasan Kemenag soal Video Jemaah Haji Diduga Meninggal dan Telantar di Arab Saudi

Penjelasan Kemenag soal Video Jemaah Haji Diduga Meninggal dan Telantar di Arab Saudi

Tren
Kasus Anjing Gigit Manusia Kembali Terjadi, Bisakah Pemilik Dipidana?

Kasus Anjing Gigit Manusia Kembali Terjadi, Bisakah Pemilik Dipidana?

Tren
Kronologi Anggota Satpol PP Pekanbaru Peras Nenek Rp 3 Juta, Modus soal Izin Bangunan

Kronologi Anggota Satpol PP Pekanbaru Peras Nenek Rp 3 Juta, Modus soal Izin Bangunan

Tren
Pelajar di Padang Diduga Jadi Korban Penganiayaan Polisi hingga Meninggal, KPAI Desak Polri Berbenah

Pelajar di Padang Diduga Jadi Korban Penganiayaan Polisi hingga Meninggal, KPAI Desak Polri Berbenah

Tren
5 Fakta Kecelakaan Pajero Vs Truk di Tol Semarang-Batang yang Menewaskan 4 Orang

5 Fakta Kecelakaan Pajero Vs Truk di Tol Semarang-Batang yang Menewaskan 4 Orang

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com