Dalam sejumlah tulisannya, RA Kartini memakai nama samaran yakni Tiga Soedara.
Baca juga: Hari Kartini, Bagaimana Isi Buku Habis Gelap Terbitlah Terang?
Masih dari sumber yang sama, Kompas.id, RA Kartini juga menuliskan banyak surat berbahasa Belanda semasa hidupnya yang dikirimkan kepada sahabat penanya yang sebagian besar orang Belanda.
Melalui surat-surat tersebut, RA Kartini menuliskan pemikirannya tentang persoalan emansipasi perempuan dan masalah sosial umum.
Dia memandang bahwa perempuan harus berjuang agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum.
Sampai RA Kartini wafat, tercatat ada 246 surat yang ditulisnya dan tersimpan di luar negeri.
Sebagian dari surat tersebut kemudian dibukukan dan dicetak dengan judul Door Duisternis tot Lich atau yang lebih dikenal dengan Habis Gelap Terbitlah Terang oleh pasangan suami istri Jascques Abendanon.
Baca juga: Sup Pangsit Jepara, Menu Fusion Tertua Kesukaan RA Kartini
Dilansir dari Tribunnews, buku tersebut disusun oleh sahabat pena RA Kartini bernama Jascque Abendanon dan sudah dicetak sebanyak lima kali.
Door Duisternis tot Lich berisikan 106 surat RA Kartini kepada para sahabat penanya.
Berikut ini adalah beberapa surat-suratnya:
Baca juga: Mengenal Sepak Terjang Multatuli, Sosok yang Menginspirasi RA Kartini
Pada 1922, Door Duisternis tot Lich dialihbahasakan dalam bahasa Melayu oleh Empat Saudara dengan judul Habislah Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran.
Di kawasan Indonesia buku tersebut diterbitkan oleh Balai Pustaka dengan Armijn Pane sebagai penerjemah surat-suratnya.
Pada 1938, buku Habis Gelap Terbitlah Terang kembali diterbitkan dengan format yang berbeda dari buku terjemahan.
Armijn Pane menyajikan surat-surat tersebut ke dalam format yang berbeda dari buku-buku sebelumnya.
Buku tersebut sudah dicetak sebanyak sebelas kali. Selain itu, surat-surat RA Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan Sunda.
Selain diterjemahkan oleh Armijn Pane, Kumpulan surat RA Kartini juga diterjemahkan oleh Sulastin Sutrisno.