Metamfetamin atau dikenal dengan sabu di Indonesia sangat adiktif, karena obat tersebut dapat membuat sel-sel dopamin tetap aktif dalam waktu yang lama sehingga memungkinkan untuk mengalami perasaan euforia yang kuat.
Namun, ketika efek metamfetamin berakhir, tubuh pengguna tidak dapat seketika memproduksi dopamin secara alami dan membutuhkan obat untuk merasa kembali normal, sehingga membutuhkan dosis obat yang lebih besar untuk menghadirkan perasaan senang.
Jika pengguna berhenti menggunakannya, akan ada dampak yang dirasakan oleh fisiknya, seperti merasa sangat lelah, depresi mental, lekas marah, apatis, dan disorientasi.
Baca juga: Video Rendang Berisi Narkoba Ternyata di Nigeria, Ini Penjelasannya...
Penggunaan metamfetamin atau sabu meningkatkan risiko masalah jantung, seperti nyeri dada, detak jantung yang tidak normal, dan tekanan darah tinggi.
Hal ini dapat menyebabkan serangan jantung, diseksi aorta akut dan berhentinya jantung mendadak.
Risiko ini lebih tinggi bila menggunakan obat dengan alkohol, kokain, atau opioid.
Selain itu terdapat risiko stroke yang lebih tinggi, mungkin karena tekanan darah tinggi atau laju aterosklerosis yang lebih cepat.
Baca juga: Terjawab Sudah, Ini Fakta Viral Daging Rendang yang Berisi Narkoba
Penyalahgunaan sabu atau metamfetamin juga dapat menyebabkan kerusakan gigi yang sangat parah sehingga sebagian besar gigi membusuk, yang dikenal sebagai “mulut sabu”.
Penyebabnya diperkirakan sebagai berikut
Metamfetamin atau sabu mungkin memiliki efek neurologis yang efeknya akan dirasakan ketika pengguanya berhenti menggunakan obat tersebut.
Para peneliti mengaitkan penggunaan amfetamin berisiko lebih tinggi terkena penyakit parkinson (suatu kondisi yang memengaruhi saraf gerakan).
Baca juga: Artis Banyak Terjerat Narkoba, Fenomena Apa?