KOMPAS.com - Kepolisian Daerah Jawa Barat (Polda Jabar) berhasil mengamankan upaya penyelundupan narkoba seberat satu ton dari Iran.
Narkoba jenis sabu tersebut diamankan oleh Subdit 1 Direktorat Reserse Narkoba (Ditresnarkoba) Polda Jabar di Pantai Mandasari, Kecamatan Patigi, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Rabu (16/3/2022).
"Total yang diamankan 1.000 kilogram," ujar Direktur Ditresnarkoba Polda Jabar Kombes Johannes R Manalalu, dikutip dari Kompas.com, Rabu (16/3/2022).
Selain itu, polisi juga meringkus lima orang diduga telah membawa sabu tersebut, yakni diketahui berinisial DH, HH, AH, seorang perempuan berinisal NS, dan warga Afghanistan berinisial M.
Sabu tersebut dikirim menggunakan kapal melalui jalur perairan Pangandaran Jawa Barat. Setibanya di daerah Pangandaran, sabu tersebut kemudian dipindahkan ke kapal nelayan.
Baca juga: Millen Cyrus dan Bahaya Sabu bagi Fisik dan Mental Penggunanya...
Metamfetamin kristal atau biasa disebut dengan sabu di Indonesia adalah narkoba yang berbentuk seperti pecahan kaca atau batu putih kebiruan mengkilat.
Sabu memiliki kemiripan secara kimiawi dengan amfetamin, yaitu obat yang digunakan untuk mengobati gangguan hiperaktivitas defisit perhatian (ADHD) dan narkolepsi.
Dilansir dari Webmd, sabu atau metamfetamin adalah obat yang kuat dan sangat adiktif dan dapat memengaruhi sistem saraf pusat.
Baca juga: Mengenal Andro, Anjing Pelacak yang Gagalkan Penyelundupan 17 Kg Sabu
Pengguna biasanya menggunakan obat ilegal tersebut dengan merokok memakai pipa kecil, menelannya, mengendus, dan menyuntikkan ke pembuluh darah.
Pemakai akan mengalami efek euforia sesaat setelah memakainya.
Namun, penggunaan sabu berbahaya karena dapat merusak tubuh dan menyebabkan masalah psikologi yang parah kepada pemakainya.
Baca juga: Simak, Ini Bahaya Sabu yang Membuat Reza Artamevia Ditangkap
Dilansir dari Medicalnewstoday, pada abad XIX, amfetamin pertama kali digunakan sebagai dekongestan hidung dan stimulator pernapasan.
Selama Perang Dunia II, metamfetamin yang memiliki kemiripan dengan amfetamin digunakan oleh para tentara agar tetap waspada dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Seiring berjalannya waktu, metamfetamin diketahui sangat adiktif (membuat kecanduan).
Baca juga: 4 Artis yang Baru-baru Ini Ditangkap karena Narkoba, Siapa Saja?
Metamfetamin termasuk obat ilegal, kecuali jika diresepkan oleh dokter untuk sejumlah kondisi medis tertentu.
Metamfetamin mudah untuk diproduksi, sehingga obat tersebut sering disalahgunakan.
Dalam penggunaan jangka panjang dapat dikaitkan dengan efek buruk penggunanya kepada masyarakat.
Baca juga: Mengapa Penjara Tak Membuat Para Pencandu Narkoba Jera? Ini Kata BNN
Metamfetamin adalah obat dengan zat serupa amfetamin yang digunakan secara ilegal karena menimbulkan efek yang menyenangkan.
Namun, penyalahgunaan obat yang berbahaya tersebut dapat menimbulkan efek mematikan.
Berikut efek ketika menggunakan metamfetamin atau sabu:
Baca juga: Napi Kendalikan Bisnis Narkoba, Mengapa Hal Ini Kerap Terjadi?
Efek menyenangkan dari metamfetamin terjadi ketika tubuh melepaskan neurotransmitter dopamin sangat tinggi.
Dopamin merupakan bahan kimia di otak yang berperan dalam motivasi, kesengangan dan fungsi motorik.
Namun, tingkat dopamin yang tinggi di otak dapat membantu obat tersebut menjadi lebih beracun terhadap terminal saraf otak.
Metamfetamin lebih berbahaya dengan obat stimulan lain, karena ketika dikonsumsi efeknya bertahan lebih lama untuk memperpanjang efek stimulan di otak.
Baca juga: Dari Nunung hingga Vicky Nitinegoro, Refleksi Kasus Artis dan Narkoba
Metamfetamin memiliki efek samping yang berbahaya, berikut efek sampingnya:
Baca juga: BNN Minta Waspadai Narkoba Jenis Baru NPS, Apa Bahayanya?
Selain efek-efek di atas, para peneliti meloporkan bahwa sekitar 50 persen sel-sel penghasil dopamin di otak dapat rusak seletah kontak terlalu lama dengan metamfetamin.
Paranoid juga dapat mengakibatkan pemikiran tentang pembunuhan dan bunuh diri.
Baca juga: Kembali Ditangkap karena Kasus Narkoba, Berikut Perjalanan Hidup Tio Pakusadewo
Metamfetamin atau dikenal dengan sabu di Indonesia sangat adiktif, karena obat tersebut dapat membuat sel-sel dopamin tetap aktif dalam waktu yang lama sehingga memungkinkan untuk mengalami perasaan euforia yang kuat.
Namun, ketika efek metamfetamin berakhir, tubuh pengguna tidak dapat seketika memproduksi dopamin secara alami dan membutuhkan obat untuk merasa kembali normal, sehingga membutuhkan dosis obat yang lebih besar untuk menghadirkan perasaan senang.
Jika pengguna berhenti menggunakannya, akan ada dampak yang dirasakan oleh fisiknya, seperti merasa sangat lelah, depresi mental, lekas marah, apatis, dan disorientasi.
Baca juga: Video Rendang Berisi Narkoba Ternyata di Nigeria, Ini Penjelasannya...
Penggunaan metamfetamin atau sabu meningkatkan risiko masalah jantung, seperti nyeri dada, detak jantung yang tidak normal, dan tekanan darah tinggi.
Hal ini dapat menyebabkan serangan jantung, diseksi aorta akut dan berhentinya jantung mendadak.
Risiko ini lebih tinggi bila menggunakan obat dengan alkohol, kokain, atau opioid.
Selain itu terdapat risiko stroke yang lebih tinggi, mungkin karena tekanan darah tinggi atau laju aterosklerosis yang lebih cepat.
Baca juga: Terjawab Sudah, Ini Fakta Viral Daging Rendang yang Berisi Narkoba
Penyalahgunaan sabu atau metamfetamin juga dapat menyebabkan kerusakan gigi yang sangat parah sehingga sebagian besar gigi membusuk, yang dikenal sebagai “mulut sabu”.
Penyebabnya diperkirakan sebagai berikut
Metamfetamin atau sabu mungkin memiliki efek neurologis yang efeknya akan dirasakan ketika pengguanya berhenti menggunakan obat tersebut.
Para peneliti mengaitkan penggunaan amfetamin berisiko lebih tinggi terkena penyakit parkinson (suatu kondisi yang memengaruhi saraf gerakan).
Baca juga: Artis Banyak Terjerat Narkoba, Fenomena Apa?
Negeri Darurat Narkoba
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.