Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diklaim Pertama di Dunia, Orang Ini Divaksin Dosis Keempat

Kompas.com - 30/12/2021, 14:30 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Dua alasan mau menerima suntikan dosis keempat

Setidaknya ada dua alasan mengapa Lavee mau menerima suntikan dosis keempat.

“Saya melakukan ini dengan sepenuh hati karena dua alasan, pertama  untuk melindungi diri saya sendiri. Dan yang tidak kalah pentingnya, keinginan saya untuk menghindari penularan penyakit kepada pasien kami," kata dia.

Dia adalah orang pertama di Israel dan diklaim sebagai orang sehat pertama di dunia yang mendapat suntikan vaksin Covid-19 dosis keempat.

Baca juga: Vaksin Saja Tidak Cukup untuk Hadapi Omicron, Ini Kata WHO

Namun Lavee mengatakan, kemungkinan di luar sana sudah ada beberapa orang dengan gangguan kekebalan telah menerima suntikan keempat di beberapa negara.

Selain itu ada kemungkinan bahwa ada orang lain yang telah memperoleh vaksin tambahan secara ilegal.

Lavee menekankan pentingnya pekerja medis mendapatkan vaksinasi booster.

“Saya pikir sangat penting bahwa tim medis kami tidak menjadi vektor penyakit dan oleh karena itu booster keempat penting,” kata Lavee, yang mengepalai unit transplantasi jantung.

Baca juga: Efek Samping Vaksin Sinovac Dosis Kedua Lebih Terasa, Benarkah?

Vaksin Covid-19 aman dan tidak ada efek samping 

Dia mengatakan tidak mengalami efek samping langsung setelah disuntik dan dan menegaskan kembali bahwa penelitian yang dilakukan di seluruh dunia telah berulang kali menunjukkan bahwa vaksin itu aman.

Prof Gili Regev-Yochay dari Sheba, yang juga seorang peneliti utama dalam eksperimen tersebut, mengatakan bahwa awal dari proses tersebut adalah “momen yang menyenangkan.”

“Studi ini akan menguji efek dosis vaksin keempat pada tingkat antibodi, mencegah penularan, dan memeriksa keamanannya,” kata Regev-Yochay.

Baca juga: Apakah Kasus Pertama Omicron di Indonesia Merupakan Transmisi Lokal?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com