Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baliho Puan Bertebaran di Lokasi Bencana Semeru, Bagaimana Etikanya?

Kompas.com - 22/12/2021, 20:10 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beredar sebuah video yang diambil di sebuah jalan raya, menunjukkan banyaknya poster atau baliho berbagai ukuran yang memuat sosok Ketua DPR RI Puan Maharani.

Salah satu akun yang mengunggahnya adalah Instagram @pasifisstatee pada Selasa (21/12/2021).

Dalam video itu, dua orang yang mengendarai sepeda motor melintas di jalan raya yang kanan dan kirinya banyak terpasang poster Puan Maharani.

"Banyak banyak banyak... Kepak sayap kebhinekaan, ramai kayak pasar malam," ujar laki-laki yang menjadi pembonceng di sepeda motor itu.

Dalam unggahan @pasifisstatee, disebutkan kejadian itu direkam di jalanan dekat daerah lokasi terdampak bencana Semeru beberapa waktu lalu, tepatnya di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.  

Baca juga: Jalan Panjang Puan Maharani Menuju Kursi Ketua DPR RI

 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by PasifisState (@pasifisstatee)

Baca juga: Kabinet Jokowi, Sandiaga Uno, dan Adegan Politik Kekuasaan...

Tak ayal, unggahan itu mendapat banyak komentar negatif dari para pengguna Instagram.

"Orang lain saat bencana: banyak banyak berdoa. Puan: kampanye," tulis @fredi_kurniaawan.

"Hati Nuraninya sudah mati, otaknya berapa inchi sih?" tulis akun lain, @liiing.18.

Baca juga: Selain Demokrat, Berikut Deretan Partai Politik yang Pernah Terpecah

Baliho Puan di lokasi bencana Semeru dinilai tidak etis

Ketua DPR Puan Maharani dalam kunjungan kerja ke Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, untuk meninjau lokasi pengungsian warga terdampak erupsi Gunung Semeru, Senin (20/12/2021).Dokumentasi/DPR Ketua DPR Puan Maharani dalam kunjungan kerja ke Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, untuk meninjau lokasi pengungsian warga terdampak erupsi Gunung Semeru, Senin (20/12/2021).

Menanggapi adanya baliho di lokasi bencana Semeru, pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menyebut sesungguhnya tidak ada aturan yang dilanggar oleh Puan.

Hanya saja, ia melakukan sesuatu yang menerobos batas etika.

"Dalam kasus Puan Maharani yang balihonya marak di arah daerah bencana, secara politik itu cara yang abnormal, bertentangan dengan hal etis kepublikan. Kesan yang muncul cenderung negatif, memanfaakan situasi bencana demi menaikan popularitas atau elektabilitas," kata Kang Ubed kepada Kompas.com, Rabu (22/12/2021).

Baca juga: Jalan Panjang Mulan Jameela Menuju DPR

Ubed menjelaskan, dalam perspektif politik, baliho menjadi instrumen untuk menginformasikan atau mengkampanyekan suatu gagasan untuk memberi pemahaman kepada publik atau menampilkan ketokohan seseorang untuk memperkenalkan tokoh yang bersangkutan.

"Jika hal itu menyangkut tokoh politik maka normalnya atau pada umumnya atau etika publiknya itu dilakukan saat momentum kampanye jelang pemilihan umum," sebut dia.

Pemilihan umum, jika yang dimaksud adalah pemilihan presiden masih akan digelar pada 2024.

Baca juga: Profil Presiden Kelima RI: Megawati Soekarnoputri

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com