KOMPAS.com - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berlevel memberikan dampak positif bagi kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia.
Saat ini, kasus harian berada di angka 300-an, jauh lebih rendah dibandingkan puncak pandemi pada Juli 2021 yang mencapai hampir 50.000 kasus per hari.
Bahkan, dalam peta risiko Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, tak ada lagi daerah yang berstatus rikio tinggi dan sedang.
Mayoritas daerah kini bersetatus risiko rendah Covid-19 atau zona kuning, sementara 19 daerah lainnya tidak memiliki kasus atau zona hijau.
Baca juga: Apakah Gelombang Ketiga Akan Terjadi meski Tren Kasus Covid-19 Turun?
Berikut daftar 19 daerah yang tidak memiliki kasus Covid-19, dikutip dari situs covid19.go.id:
Sumatera Utara
Nias Barat
Sumatera Selatan
Musi Banyuasin
Kota Lubuklinggau
Sulawesi Tenggara
Kolaka Utara
Wakatobi
Konawe Kepulauan
Papua Barat
Raja Ampat
Pegunungan Arfak
Papua
Mamberamo Tengah
Dogiyai
Mamberamo Raya
Ouncak
Maluku Utara
Kepulauan Sula
Halmahera Timur
Maluku
Kota Tual
Buru Selatan
Bengkulu
Bengkulu Tengah
Penetapan peta risiko daerah ini dihitung beradasarkan tiga indikator, yaitu epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat, dan pelayanan kesehatan.
Baca juga: Waspadai, Gelombang Covid-19 di Indonesia Biasa Terjadi Setelah Eropa
Meski laju kasus terus menunjukkan penurunan, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menegaskan, masyarakat tidak boleh lengah dan harus tetap mematuhi protokol kesehatan.
Budi mengatakan, Presiden Joko Widodo meminta agar Kemenkes memonitor secara ketat 5 provinsi yang terindikasi mengalami kenaikan kasus.
Menurut dia, kelima provinsi itu berada di Jawa.
Berdasarkan hasil observasi Kemenkes pekan lalu, kata Budi, ada 126 kabupaten atau kota yang mengalami kenaikan kasus.
Beberapa di antaranya bahkan mencatat kenaikan selama 3 minggu berturut-turut.
"Sehingga kita lakukan pendalaman. Sebagian besar kenaikannya karena ada kasus positif di sekolah dan takziah," kata Budi dalam konferensi pers, Senin (15/11/2021).
"Oleh karena itu, saya dengan Pak Nadiem akan segera melakukan konsolidasi agar tetep melakukan program tatap muka tapi dengan surveillance yang aktif," lanjut dia.
Sementara itu, epidemiolog Griffith University, Australia Dicky Budiman mengatakan, ada tiga kombinasi maut kemunculan gelombang baru pandemi Covid-19.
Pelonggaran mobilitas dan interaksi yang tak terkendali merupakan kombinasi pertama.
Hal ini diperparah dengan adanya pergerakan melibatkan mayoritas masyarakat yang tidak memiliki imunitas.
Dalam hal ini, masyarakat yang tidak memiliki imunitas adalah mereka yang belum disuntik vaksin Covid-19.
Selanjutnya, adanya varian Delta yang memiliki kemampuan dalam menginfeksi, masih menjadi ancaman besar bagi semua negara.
"Jangankan 40 persen Indonesia belum divaksin, penduduk Singapura yang 18 persennya belum divaksin penuh saja sudah menjadi bahan bakar yang lebih dari cukup untuk membuat ledakan kasus Covid-19," kata Dicky kepada Kompas.com, Senin (15/11/2021).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.