Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Mesin Wifi Koin Internet, Sehari Bisa Dapat Rp 100.000

Kompas.com - 09/10/2021, 18:05 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Cara kerja wifi koin

  1. Pelanggan masuk ke jaringan internet wifi koin lewat ponsel atau laptop
  2. Setelah itu otomatis masuk ke login page
  3. Ada keterangan insert koin dan muncul timer 20 detik sebagai waktu untuk memasukkan koin
  4. Pengguna memasukkan koin
  5. Setelah itu tekan selesai bayar dan pengguna bisa menggunakan internet.

Baca juga: Cara Menanam Cabai yang Benar agar Cepat Berbuah

Untuk waktunya bisa diatur oleh pemilik wifi koin. Misalnya satu jam bayar Rp 2.000, 3 jam Rp 1.000, dan seterusnya, menyesuaikan keinginan pemilik mesin.

Budi mematok harga seperti berikut ini:

  • Rp 7.000: 24 jam
  • Rp 3.000: 10 jam
  • Rp 1.000: satu jam.

Dengan harga seperti itu, Budi mengatakan biasanya orang-orang di pasar memilih membayar Rp 3.000 untuk 10 jam.

Untuk membuka usaha WiFi koin, Budi mengungkapkan diperlukan:

  • Mesin WiFi koin
  • Router atau antena penyebar sinyal ke pelanggan
  • Sumber internet.

Adapun sumber internet bisa dari internet kabel seperti IndiHome, Biznet, dan sebagainya.

Bisa juga dari modem seperti tipe RJ45. Jika sudah punya sumber internet, tinggal membeli seperangkat mesin wifi koin.

"Kalau di daerah-daerah yang susah sinyal harus beli modem untuk internet. Alat ini hanya sebagai manajemen bandwidth ke pelanggan," imbuhnya.

Baca juga: Cara Menanam Kelengkeng dari Bijinya agar Cepat Berbuah di Rumah

Harga wifi koin dan prospek bisnisnya

Untuk harga mesin wifi koin bervariasi. Dia mengungkapnya harga untuk memasang wifi koin mulai dari Rp 2,2 juta sampai Rp 3,9 juta, tergantung mesin saja atau sekaligus sumber internet.

Ketika ditanya apakah bisnis wifi koin menguntungkan, menurut Budi tergantung tempatnya atau lokasinya.

Pengusaha harus bisa melihat lokasi yang akan dipasangi wifi koin, apakah di tempat tersebut banyak orang yang membutuhkan koneksi internet untuk belajar, bekerja, atau hanya sekadar bermain game.

Dia melihat masih banyak desa yang tidak terjangkau internet, misalnya dalam satu desa hanya bisa dipasang 4-6 kabel saja. Maka berpotensi untuk dibuat wifi koin.

Selain itu masyarakat membutuhkan internet murah karena saat ini perekonomian sedang lesu. Sehingga harga per jam yang ditetapkan akan mempengaruhi.

Selain itu kestabilan jaringan internet juga perlu dipertimbangkan. Tempat pemasangan wifi juga sebaiknya di tempat yang ramai atau sering diakses masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com