Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Yang Blangsak dan yang Tajir di Masa Pandemi

Kompas.com - 14/09/2021, 06:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kuliah jurusan apa yang mudah belajarnya
Mudah saat ujiannya dan nilainya selalu bagus

Lulus dengan cepat, gampang cari kerjanya
Biar dapat gaji besar, hidup kaya raya

Dapat pasangan hidup yang rupawan
Hidup enak, mati masuk surga?

PERTANYAAN dan jawaban klasik di atas selalu saya jumpai saat mengisi kelas perkuliahan di awal semester di berbagai kampus di Depok, Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Palu, Pekanbaru, Madiun dan berbagai kota lainnya.

Walau mahasiswa yang saya ajar sudah menetapkan jurusan yang dipilihnya, tak urung mereka masih ragu dengan masa depannya.

Bisa jadi mereka gamang mendengar senior-senior mereka yang masih kesulitan mencari peluang kerja. Atau mereka mulai paham dengan persaingan yang begitu sulit saat melamar menjadi calon aparatur sipil negeri.

Di masa pandemi Covid-19, mahasiswa saya yang memiliki kerja tidak tetap sangat merasakan dampaknya. Jika biasanya ada orderan shooting atau editing video, selama setahun terakhir permintaan sepi.  

Sarjana baru yang masih menganggur juga mengalami kesulitan yang sama. Melamar lowongan pekerjaan ke berbagai instansi tidak berbalas.

Yang memilih mengisi waktu dengan menjadi pengemudi online, hasilnya pun sudah tidak sebanyak dulu. Kebijakan bekerja dari rumah (work from home- WFH), pengurangan aktivitas di luar rumah, dan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berdampak pada sepinya orderan. 

Belum lagi persaingan sesama pengemudi online yang jumlahnya bisa jadi meningkat di masa pandemi ini.  Pekerjaan ini relatif mudah dilakukan dan menjadi pilihan bagi mereka yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). 

Mahasiswa atau alumni yang sedang menunggu penerimaan panggilan kerja dan memilih kerja sementara sebagai barista atau bergiat di kedai-kedai kopi juga mengalami kesulitan serupa. 

Pembatasan jam buka, pembatasan kedatangan pengunjung, serta kebijakan untuk melayani hanya pesanan saja selama PPKM membuat anjloknya pendapatan kedai kopi.

Sahabat-sahabat saya yang berprofesi sebagai dosen di perguruan tinggi swasta mengalami situasi yang mengenaskan.  Sebelum pandemi, kampusnya sanggup menjaring 200 mahasiswa baru untuk jurusan yang dianggap favorit.

Di masa pandemi, hanya 20 mahasiswa yang masuk di jurusan idola tersebut.  Akibatnya, kawan saya di-PHK menjadi dosen. Ia pun jumpalitan mengerjakan apa saja yang bisa dikerjakan demi bisa menghidupi keluarga kecilnya.

Besar dugaan, kemampuan finansial orang tua para calon mahasiswa terimbas pandemi. Salah satu cara menghemat pengeluaran keluarga adalah menunda perkuliahan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Tren
Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Tren
Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Tren
7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

Tren
Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Tren
Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi 'Study Tour', Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi "Study Tour", Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Tren
Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Tren
Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Tren
WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

Tren
Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Tren
21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

Tren
Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Tren
Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Tren
Berkaca pada Kasus Anak Depresi karena HP-nya Dijual, Psikolog: Kenali Bocah yang Berpotensi Depresi

Berkaca pada Kasus Anak Depresi karena HP-nya Dijual, Psikolog: Kenali Bocah yang Berpotensi Depresi

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Gelombang Tinggi 15-16 Mei 2024, Ini Daftar Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Gelombang Tinggi 15-16 Mei 2024, Ini Daftar Wilayahnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com