Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Hidup Kerap Tidak Semanis Perjuangan Greysia dan Apriyani

Kompas.com - 03/08/2021, 09:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dari kegigihan Greysia dan Apriyani, harapan itu nyata. Keduanya mampu mengatasi psywar dan tekanan mental dari lawan.

Beberapa kali teriakan keras Chen Qing Chen tidak membuat Greysia/Apriyani gentar dan buyar fokusnya di gim pertama.

Keduanya fokus bermain dengan irama sendiri. Keduanya kompak dan bisa berkomunikasi meski tanpa banyak bicara.

Juga saat Greysia keluar lapangan untuk mengganti raketnya dan masuk kembali untuk merebut poin yang diperjuangkan.

Usai pertandingan, Apriyani masih tidak percaya meraih medail emas. Dia tak pernah berpikir perjuangannya bisa sampai sejauh ini.

Sejak awal, Apriyani dan Greysia hanya memikirkan bagaimana melewati laga demi laga, poin demi poin.

Tantangan di depan mata dihadapi, ditaklukkan, dan kali ini, di ujung panjang penantian, saat kok keluar lapangan dan diragukan lawan, hasilnya menggembirakan.

Akidi Tio

Soal penantian, seminggu yang telah lewat kita juga dibuat berdebar-debar. Di ujung waktu yang dijanjikan, penantian itu tidak membawa kegembiraan. Harapan kita dikecewakan.

Kekecewaan itu menyeruak dari Palembang, Sumatera Selatan dan berpusat di Markas Kepolisian Daerah Sumatera Selatan.

Tokoh utamanya Akidi Tio, keluarga, dan dokter keluarganya. Pembuncah harapan publik itu adalah Kepala Polda Sumsel Irjen Pol Eko Indra Heri.

Mendapat komitmen sumbangan Rp 2 triliun dari Akidi Tio dan keluarganya, Eko menggelar jumpa pers di Markas Polda Sumsel, Senin (26/7/2021).

Simbolisasi sumbangan dinyatakan dalam lembar stereofoam bertuliskan nominal sumbangan dan pemberi sumbangan. Berfoto bersama selain Eko adalah putri bungsu Akidi Tio, Heriyanti.

Indonesia gempar untuk komitmen yang belum ada realisasinya. Glorifikasi dilakukan juga oleh media tanpa sadar bahwa sumbangan belum direalisasikan.

Janji pencairan sumbangan Rp 2 triliun pada 28 Juli 2021 meleset. Janji direvisi lagi dan dinyatakan akan cair, Senin 2 Agustus 2021.

Sampai tanggal yang ditetapkan, janji tidak terealiasi. Bilyet giro tidak cair dan Heriyanti digelandang dari kantor sebuah bank ke Markas Polda Sumsel untuk diperiksa dan dimintai keterangan.

Sebelumnya, Direktur Intelkam Polda Sumsel Kombes Ratno Kuncuro mengatakan Heriyanti ditetapkan sebagai tersangka.

Heriyanti anak Akidi Tio yang melakukan penipuan bantuan Rp 2 Triliun saat berada di Polda Sumatera Selatan, Senin (2/8/2021).KOMPAS.COM/AJI YK PUTRA Heriyanti anak Akidi Tio yang melakukan penipuan bantuan Rp 2 Triliun saat berada di Polda Sumatera Selatan, Senin (2/8/2021).
Ratno menyebut, Heriyanti dikenakan Pasal 15 UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana terkait penyebaran berita bohong.

Keterangan Ratno kemudian dikoreksi oleh Kepala Bidang Humas Polda Sumsel Kombes Supriadi. Dua polisi berpangkat sama dari markas yang sama tidak satu suara.

Untuk tidak satu suaranya polisi, Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumsel Kombes Hisar Sialkagan bicara.

Hisar menyebut, usai diperiksa selama delapan jam, Heriyanti berstatus wajib lapor dengan janji pencairan sumbangan Rp 2 triliun diperbarui pada 4 Agustus 2021. 

Kepala Polda Sumsel yang menjadi awal mulai kegemparan ini tidak tampil ke muka. Kontak yang biasanya mudah dilakukan wartawan kepada Kepala Polda tidak berbalas juga.

Saat jumpa pers, Eko menyatakan sudah sangat lama mengenal Akidi Tio. Orangtua Eko juga diklaim mengenal Akidi Tio. Saat jumpa pers, Eko menyebut dirinya sebagai makelar kebaikan.

Tentu saja, kita berharap kegemparan ini berakhir manis dengan cairnya bantuan Rp 2 triliun. Namun, sampai dua tenggat waktu yang dijanjikannya, realiasi itu tidak ada jejaknya dan kemudian muncul janji ketiga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com