Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan DKI Jakarta Dapat Nilai Terburuk dalam Pengendalian Covid-19

Kompas.com - 29/05/2021, 10:05 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - DKI Jakarta mendapat nilai E atau terburuk dari Kementerian Kesehatan dalam hal pengendalian Covid-19.

Penilaian itu disampaikan oleh Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono dalam rapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.

DKI Jakarta menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia yang mendapat nilai E.

"Berdasarkan atas rekomendasi yang kami buat matriks tadi, ada beberapa daerah yang masuk kategori D dan ada yang masuk kategori E seperti Jakarta. Tetapi ada juga yang masih di C, artinya bed occupation rate dan pengendalian provinsinya masih baik," kata Dante saat rapat dengar pendapat (RDP) bersama DPR RI disiarkan di akun YouTube DPR RI, Kamis (27/5/2021).

Baca juga: Penjelasan Kemenkes soal Dugaan Adanya Medan Magnet di Bekas Suntikan Vaksin Covid-19

Ada tiga alasan Kemenkes memberikan nilai buruk kepada Jakarta.

Pertama, keterisian tempat tidur atau bed occupation rate (BOR) rumah sakit rujukan Covid-19 Jakarta mengalami peningkatan.

Provinsi lain dikategorikan masih memiliki kualitas pengendalian pandemi lebih baik dengan nilai C dan D karena kapasitas BOR rendah.

Baca juga: Info PPDB DKI Jakarta 2021/2022 untuk Jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK

Rendahnya pelacakan kontak

Sebanyak 12 orang warga Dusun Rahayu A dan Rahayu B di Desa Sumber Rejo, Kecamatan Pagar Merbau, Deli Serdang terkonfirmasi positif Covid-19. Sebelumnya, dalam waktu sebulan sudah ada 7 orang meninggal dengan sebab yang belum diketahui. Dua dusun ini saat ini menjalankan 'lockdown' atau penyekatan di pintu keluar masuk.Istimewa Sebanyak 12 orang warga Dusun Rahayu A dan Rahayu B di Desa Sumber Rejo, Kecamatan Pagar Merbau, Deli Serdang terkonfirmasi positif Covid-19. Sebelumnya, dalam waktu sebulan sudah ada 7 orang meninggal dengan sebab yang belum diketahui. Dua dusun ini saat ini menjalankan 'lockdown' atau penyekatan di pintu keluar masuk.

Kedua, Dante menyebut tracing atau pelacakan kontak erat di DKI Jakarta juga masih rendah.

Menurutnya, hanya ada satu wilayah yang mampu menjalankan tracing lebih baik, yaitu Sumatera Utara.

Ketiga, DKI Jakarta memiliki empat transmisi komunitas untuk setiap varian Covid-19, seperti B.1.1.7, B.1.351 dan B.1.617.

Baca juga: 3 Perusahaan Ritel Besar yang Tutup Gerai di Tengah Pandemi Covid-19, Mana Saja?

Dante menjelaskan, penilaian kualitas pengendalian pandemi Covid-19 ini dibuat berdasarkan matriks dan level kapasitas.

Hal itu dilakukan mulai dari level laju penularan yang tidak ada kasus hingga transmisi komunitas level 4.

Dengan indikator itu, Jakarta termasuk dalam kategori transmisi komunitas level 4 dengan nilai E, terendah dan terburuk dalam kualitas penanganan pandemi.

Baca juga: Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19, Mengapa Diberikan Lewat Suntikan?

Permintaan maaf Menkes

Atas penilaian buruk itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan permintaan maafnya karena menimbulkan kesimpangsiuran informasi.

"Saya menyampaikan permohonan maaf dari saya pribadi dan sebagai Menkes atas kesimpangsiuran berita yang tidak seharusnya terjadi," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Jumat (28/5/2021).

Menurutnya, indikator-indikator penilaian itu tidak bisa dijadikan penilaian atas kinerja satu daerah dalam menangani pandemi.

Baca juga: Mengenal Sosok Budi Gunadi Sadikin yang Disebut-sebut Potensial Geser Posisi Terawan

Penilaian tersebut diberikan dengan merujuk pada pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terbaru.

Nantinya, Kemenkes akan melihat kebijakan apa yang harus diambil untuk menangani pandemi di satu daerah berdasarkan atas penilaian tersebut.

Tak lupa, ia menyampaikan terima kasih dan apresiasinya atas kinerja tenaga kesehatan di DKI Jakarta.

"Apresiasi saya kepada aparat pemerintah DKI Jakarta, seluruh tenaga kesehatan, mulai dari kepala dinas kesehatan, RSUD, dokter, perawat, puskesmas," jelas Budi.

"Saya juga menyampaikan terima kasih kepada teman-teman tenaga kesehatan DKI Jakarta dan aparat pemerintah DKI Jakarta," sambungnya.

Baca juga: WHO: Situasi di India Bisa Terjadi di Mana Saja

(Sumber: Kompas.com/Dian Erika Nugraheny, Nicholas Ryan Aditya | Editor: Bayu Galih, Dani Prabowo, Icha Rastika, Kristian Erdianto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com