Dia mengatakan, saat pengguna akan mengirim undangan ke kontak yang ada di ponsel, Clubhouse akan memperlihatkan daftar orang-orang yang belum bergabung, dan diurutkan berdasarkan jumlah teman yang sudah mereka miliki di aplikasi tersebut.
Artinya, meski orang-orang itu belum bergabung dengan platform tersebut, Clubhouse telah menggunakan nomor ponsel mereka untuk memeriksa berapa kali mereka muncul dalam kontak anggota Clubhouse lainnya.
"Meskipun Anda sama sekali tidak tertarik untuk bergabung dengan Clubhouse, layanan tersebut mungkin mengetahui nama Anda, nomor ponsel, dan berapa banyak teman yang Anda miliki di platform itu," ujar Collins.
Collins menambahkan, pihak Clubhouse masih belum menanggapi permintaan komentar yang telah berulangkali diajukan mengenai masalah ini.
Baca juga: Mengenal Clubhouse, Aplikasi Obrolan Suara yang Mulai Populer
Permasalahan berikutnya, menurut Collins, adalah mengenai kewenangan Clubhouse untuk merekam percakapan yang dilakukan oleh penggunanya.
Dalam panduan komunitas, Clubhouse menjelaskan, mereka dapat merekam percakapan pengguna sebagai langkah antisipasi jika terjadi insiden di dalam chat room, yang memerlukan bukti-bukti investigasi.
"Jika pengguna melaporkan pelanggaran Kepercayaan dan Keamanan saat ruangan aktif, kami menyimpan audio untuk tujuan menyelidiki insiden tersebut, lalu menghapusnya saat penyelidikan selesai. Jika tidak ada insiden yang dilaporkan di sebuah ruangan, kami menghapus rekaman audio sementara saat ruangan berakhir," jelas pihak Clubhouse.
Pihak pengembang menambahkan, bahwa audio dari speaker yang dibisukan tidak akan pernah direkam, dan semua rekaman audio sementara dipastikan terenkripsi.
Collins menilai, kewenangan tersebut membuat Clubhouse seolah menunjuk dirinya sendiri sebagai hakim, karena bisa memutuskan ada tidaknya penyalahgunaan, dan kemudian menghapus bukti setelahnya.
Baca juga: 5 Fakta tentang Clubhouse, Medsos Baru yang Tengah Naik Daun
Pemerhati keamanan siber yang juga staf Engagement and Learning Specialist di Engage Media, Yerry Niko Borang, mengatakan, Clubhouse mesti membereskan pekerjaan rumahnya dulu sebelum berekspansi.
"Karena jika ada masalah privasi, merek/brand-nya sendiri yang akan rugi, selain tentunya warga dan penggunanya," kata Yerry saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/2/2021).
Yerry mengatakan, pengembang aplikasi mana pun seharusnya bertindak sebagai men in the middle atau orang/pihak lain yang jauh dan tidak memiliki wewenang "menguping" dengan berbagai alasan.
Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa enkripsi End to End atau E2E sangat penting diterapkan, karena berfungsi untuk menutup kemungkinan pesan (teks. foto, video, suara) bocor dan dicopy oleh pihak ketiga (third party).
"E2E dimaksudkan untuk kenyamanan komunikasi antar pengirim dan penerima, karena itu adalah hak dasar alias bagian dari privasi dan kebebasan sebagai warga negara juga manusia," ujar Yerry.
Baca juga: Aplikasi Clubhouse Disebut Kirim Data ke China, Bagaimana Keamanannya?
Menurut dia, platform mesti menjamin keamanan pengguna, dan itu merupakan bagian dari etika populer saat ini. Yerry menambahkan, di beberapa negara seperti Uni Eropa, hal itu merupakan hak warga dan dijunjung dalam undang-undang.