KOMPAS.com - Indonesia selain mengembangkan vaksin Covid-19 yang diberi nama Vaksin Merah Putih, juga muncul belakangan Vaksin Nusantara.
Vaksin yang disebut juga AV-Covid-19 ini dikembangkan dari kerja sama antara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), RSUP dr. Kariadi Semarang, dan Universitas Diponegoro.
Disebutkan vaksin Covid-19 ini sudah menyelesaikan uji klinis tahap 1 dan mulai melakukan uji klinis tahap kedua
Seperti apa proses pembuatan, cara kerja, hingga kelebihan yang ditawarkan dari vaksin AV-Covid-19 ini?
Baca juga: Anggota Komisi IX DPR Siap Jadi Relawan Uji Klinis Fase 2 Vaksin Nusantara
Berbeda dengan kebanyakan vaksin lainnya, Vaksin Nusantara disebutkan menggunakan pendekatan sel dendritik, dan tidak memasukkan virus corona nonaktif ke tubuh penerima. nantinya.
Dari paparan anggota Tim Peneliti Vaksin Nusantara FK Undip/RSUP dr Kariadi, Yetty Movieta Nency mengatakan, vaksin ini dibuat melalui sejumlah tahap.
Pertama-tama adalah dengan mengambil darah dari tubuh seorang subyek atau pasien.
Selanjutnya darah itu akan dibawa ke laboratorium untuk dipisahkan antara sel darah putih dan sel dendritik (sel pertahanan, bagian dari sel darah putih).
Sel dendritik ini akan dipertemukan dengan rekombinan antigen di laboratorium sehingga memiliki kemampuan untuk mengenali virus penyebab Covid-19 SARS-CoV-2.
"Dia kami kenalkan dengan rekombinan antigen dari Sars-CoV-2, bukan antigen murni, semacam turunan dari SARS-CoV-2. Kami harapkan sel dendritik ini menjadi pintar, dia punya memori untuk mengenali dan melawan SARS-CoV-2," jelas dr. Yetty saat dihubungi via telepon, Rabu (17/2/2021).
Baca juga: Tak Mungkin Terus Impor, Pemerintah Kebut Vaksin Merah Putih
Kemudian setelah sel berhasil dikenalkan dengan virus corona, maka sel dendritik akan kembali diambil untuk disuntikkan ke dalam tubuh subyek atau pasien (yang sama) dalam bentuk vaksin.
Dengan ini, pasien diharapkan memiliki kekebalan atau antibodi yang baik dalam melawan virus corona.
Dari proses pengambilan darah, laboratorium, hingga akhirnya menjadi vaksin yang siap disuntikkan, Yetty menyebutkan diperlukan waktu satu minggu.
Dia mengklaim Vaksin Nusantara merupakan vaksin pertama di dunia yang menggunakan pendekatan dendritik ini.
Pendekatan ini membuat vaksin tidak meiliki kandungan virus corona (yang sudah dilemahkan) yang ikut disuntikkan dalam tubuh pasien seperti vaksin yang lain.