"Hormat pada orang tua, hormat pada Tuhan, hormat pada leluhur. Itu kalau tidak dilakukan, dia sudah tidak dianggap lagi sebagai keluarga," kata Dwi.
Baca juga: Video Viral Seekor Dinosaurus Turun dari Truk di Magetan, Ini Faktanya
Sudah berlainan adat
Dwi mengatakan, sebab lain yang mendasari pemutusan hubungan adalah karena seorang anak dianggap sudah berbeda adat dengan keluarganya.
Hal itu bisa terjadi karena seorang anak, dalam hal ini perempuan, menikah dengan laki-laki dari ras lain yang bukan Tionghoa misalnya.
"Ras lain itu misalnya, Jawa, bahkan ras Eropa. Kalau yang perempuan, itu dianggap sudah bukan lagi orang Tionghoa. Bukan dia punya bangsa. Karena dia sudah berlain bangsa," ujar Dwi.
"Hal itu karena perempuan itu penjaga tradisi, penjaga identitas, penurun tradisi. Nanti dia yang akan mengajari anak-anaknya, dan sebagainya," imbuhnya.
Maka, menurut Dwi, perkawinan antar ras antara perempuan Tionghoa dengan laki-laki dari ras lain itu selalu dilarang atau selalu gagal.
Bagi perempuan yang nekat melanggar larangan itu, maka konsekuensinya adalah diputus hubungan kekeluargaannya.
"Sehingga, karena dia sudah tidak lagi bertradisi Tionghoa, beragama lain, maka dia sudah tidak dianggap keluarga lagi," kata Dwi.
Baca juga: Makam Kuno Berusia 2.500 Tahun dari Suku yang Hilang Ditemukan di China
Untuk menjaga kehormatan keluarga
Dwi mengatakan, tujuan keluarga Tionghoa mengumumkan pemutusan hubungan keluarga melalui koran adalah agar orang lain mengetahui jika yang diputus hubungan itu sudah bukan tanggung jawab keluarganya.
"Apapun tindakan dia, apapun yang dia lakukan, nanti berhubungan dengan orang lain, itu sudah tidak ada sangkut pautnya lagi dengan keluarga itu," kata Dwi.
Dwi mencontohkan, misalnya yang diputus hubungan itu tersangkut masalah hukum dan dipenjara, maka keluarganya tidak akan ikut campur dalam urusan tersebut.
Dia mengatakan, melakukan pemutusan hubungan dan mengumumkannya di media massa, merupakan cara bagi keluarga Tionghoa untuk menjaga kehormatan mereka.
"Kehormatan keluarga, nama baik, moralitas keluarga. Memegang tradisi moralitas keluarga. Tradisi moralitas itu yang utama di situ," tutur dia.
Baca juga: Situs Kuno Pemujaan Kaisar Berusia 1.500 Tahun Digali di China Utara